Puisi: Nazar Ibu di Karbala (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Nazar Ibu di Karbala" menghadirkan sebuah kisah emosional tentang cinta seorang ibu, kesucian momen di tempat suci, dan rasa syukur kepada ....
Nazar Ibu di Karbala


Pantulan mentari
senja dari kubah keemasan
mesjid dan makam sang cucu nabi
makin melembut
pada genangan
airmata ibu tua
bergulir-gulir
berkilat-kilat
seolah dijaga pelupuk
agar tak jatuh
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan
menitik pecah
pada pipi manis kemerahan
puteranya
 
"Ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki
bukankah ananda selamat kini
seperti yang ibu pinta?"
"Airmata bahagia, anakku
kerna permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini
memenuhi nazar ibumu."
Cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba berhenti
berdiri tegak di pintu makam
menggumamkan salam:
"Assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah

Salam bagimu, wahai cucu rasul
salam bagimu, wahai permata zahra."
lalu dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah.

Disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:
"Terimakasih, Tuhanku
dalam galau perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati
Tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
agar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia
Tuhan,
inilah nazarku
Terimalah."


Karbala, 1409 H

Sumber: Pahlawan dan Tikus (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Nazar Ibu di Karbala" karya Mustofa Bisri adalah sebuah karya sastra yang penuh makna dan keagungan cinta seorang ibu. Puisi ini menggambarkan momen haru seorang ibu yang mengunjungi makam cucu Nabi di Karbala dan mengucapkan nazar sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas permohonan yang dikabulkan Tuhan.

Pada awal puisi, penulis mengekspresikan suasana senja di Karbala dengan indahnya "pantulan mentari senja dari kubah keemasan mesjid dan makam sang cucu nabi". Namun, suasana tersebut menjadi semakin mendalam saat air mata seorang ibu tua bergulir-gulir mengisi genangan dan menghiasi kubah tersebut. Airmata ibu ini menyimbolkan cinta dan kehilangan yang mendalam karena sang anaknya telah kehilangan salah satu kakinya dalam peperangan di Karbala.

Meski ibu ini kehilangan satu kaki anaknya, dia dengan tulus dan bahagia menerima kenyataan karena nazar yang dia ikrarkan telah dikabulkan oleh Tuhan. Ketika sang anak bertanya mengapa ibunya menangis, sang ibu menjawab bahwa itu adalah "airmata bahagia" karena permohonan mereka dikabulkan dan mereka bisa ziarah ke tempat suci tersebut.

Ketika ibu itu tiba di pintu makam sang cucu rasul, dia dengan rendah hati memberikan salam kepada sang cucu dengan penuh kelembutan dan keagungan. Dia juga menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas ujian yang Tuhan berikan kepadanya dalam bentuk kehilangan dan cobaan. Meskipun dia kehilangan banyak hal, dia memohon kepada Tuhan agar digantikan dengan kepasrahan yang utuh dan semangat yang penuh untuk berjalan pada jalan-Nya.

Puisi ini mencerminkan kebesaran cinta dan pengorbanan seorang ibu yang rela melepaskan banyak hal demi keselamatan dan kesuksesan anaknya. Dia mengajarkan tentang keikhlasan dalam pengorbanan dan rasa syukur yang tulus kepada Tuhan atas segala nikmat-Nya. Puisi ini juga menggambarkan keagungan dan kesucian momen di Karbala, tempat bersejarah bagi umat Islam, yang menyimbolkan perjuangan dan keteguhan iman.

Secara keseluruhan, puisi "Nazar Ibu di Karbala" menghadirkan sebuah kisah emosional tentang cinta seorang ibu, kesucian momen di tempat suci, dan rasa syukur kepada Tuhan atas setiap ujian dan anugerah-Nya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai cinta, pengorbanan, dan keikhlasan dalam menghadapi ujian kehidupan.

Mustofa Bisri
Puisi: Nazar Ibu di Karbala
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.