Puisi: Takut '66, Takut '98 (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Takut '66, Takut '98" karya Taufiq Ismailmengandung pesan yang dalam tentang hierarki kekuasaan dan dinamika ketakutan dalam lingkungan ....
Takut '66, Takut '98


Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
takut '66, takut '98.

1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Takut '66, Takut '98" karya Taufiq Ismail adalah karya yang singkat namun mengandung pesan yang dalam tentang hierarki kekuasaan dan dinamika ketakutan dalam lingkungan akademik dan politik. Melalui penggunaan struktur berulang dan penekanan pada hierarki kekuasaan, Taufiq Ismail menyampaikan pesan tentang kecenderungan ketakutan yang melingkupi berbagai aspek masyarakat.

Struktur dan Pengulangan: Puisi ini terdiri dari tujuh baris pendek yang menggambarkan hierarki dari mahasiswa hingga presiden. Struktur pendek dan penggunaan pengulangan dalam setiap baris menciptakan ritme yang memperkuat pesan yang disampaikan. Pengulangan kata "takut" di setiap baris menggarisbawahi tema utama puisi ini, yaitu ketakutan yang merambat dari tingkatan yang lebih rendah ke tingkatan yang lebih tinggi dalam hierarki.

Analisis Baris per Baris:
  • Mahasiswa takut pada dosen: Pada tingkatan paling bawah dalam hierarki akademik, mahasiswa merasa takut terhadap dosen. Ini mungkin mencerminkan dinamika ketakutan yang muncul karena otoritas dan penilaian dosen terhadap mahasiswa.
  • Dosen takut pada dekan: Meskipun berada dalam posisi otoritas terhadap mahasiswa, dosen merasa takut terhadap dekan, yang memiliki kekuasaan administratif dan pengawasan terhadap fakultas atau jurusan.
  • Dekan takut pada rektor: Dekan, yang memiliki peran penting dalam pengelolaan fakultas, merasa takut terhadap rektor yang memiliki wewenang lebih tinggi dalam mengambil keputusan strategis untuk universitas.
  • Rektor takut pada menteri: Pada tingkatan nasional, rektor universitas merasa takut terhadap menteri pendidikan yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebijakan pendidikan dan alokasi dana.
  • Menteri takut pada presiden: Menteri pendidikan, sebagai pejabat pemerintah yang mengurusi bidang pendidikan, merasa takut terhadap presiden yang merupakan pucuk pimpinan negara dan memiliki pengaruh lebih besar.
  • Presiden takut pada mahasiswa: Pada akhir hierarki, presiden merasa takut terhadap mahasiswa. Ini adalah poin menarik yang mengubah pandangan tentang hierarki kekuasaan. Ketakutan presiden terhadap mahasiswa mencerminkan potensi kekuatan gerakan mahasiswa dalam mempengaruhi opini publik dan politik.
Pesan dan Makna: Puisi ini menyampaikan pesan tentang sifat takut yang tersebar dalam struktur kekuasaan dan hubungan hierarkis. Melalui penggambaran ini, Taufiq Ismail mungkin ingin menunjukkan bahwa takut adalah hal yang meresap di semua tingkatan masyarakat, termasuk dalam konteks akademik dan politik. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kerentanan dan ketidakpastian yang dialami oleh individu yang berada di berbagai tingkatan dalam hierarki.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana dan struktur yang ringkas untuk menyampaikan pesan yang kuat. Penggunaan pengulangan kata "takut" dalam setiap baris menciptakan efek ritmis dan penguatan terhadap pesan yang ingin disampaikan.

Puisi "Takut '66, Takut '98" karya Taufiq Ismail menggambarkan hierarki kekuasaan dalam lingkungan akademik dan politik serta dinamika ketakutan yang ada dalam setiap tingkatan. Dengan menggunakan pengulangan kata "takut" dan struktur pendek, puisi ini menyampaikan pesan tentang kompleksitas dan universalitas emosi manusia terkait dengan hierarki kekuasaan dan perasaan ketidakpastian.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Takut '66, Takut '98
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.