Puisi: Amsal Seorang Santu (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Amsal Seorang Santu" tidak hanya merinci perjalanan hidup seorang penderita, tetapi juga menggambarkan peran sosial dan pandangan ....
Amsal Seorang Santu (1)


Ia adalah seorang santu.
Ia yang terbaring di tepi jalan
dan menghadapi ajalnya.
Santu adalah orang yang berdosa
dan selalu bangkit dari dosa.
Santu adalah orang yang menepuki dadanya
dan berkata:
"Akulah anak yang berdosa, ya Bapa!"
Ia adalah seorang santu
Ia adalah seorang yang berdosa.
Ia telah berjalan jauh.
Dari kelaparan ke kejahatan.
Dari penjara ke putus asa.
Dari dosa sampai ke Tuhannya.
Seseorang berkata:
"Ia orang yang bernasib malang
dekat pada hal-hal yang terpaksa,
salah tampa, serta hal-hal yang hina.
Dan ia selalu adil terhadap sesamanya
tapi diri sendiri sering dilupakannya."
Dan sekarang ia menghadapi ajalnya
dengan luka-luka di badannya.
Ia menari napas satu-satu
dan melihat Tuhan di matanya.
Orang-orang memandang kasihan
serta datang melawatnya,
Ada yang berkata:
"Luka itu sayalah membuatnya"
"Ya saya pun melukai kepalanya."
"Ah, kita semua telah melukainya
di mulut, di dada, di pundak,
di perut dan di jiwanya."
Ia sendiri tersenyum saja
megap-megap napasnya, dan kita kasihan melihatnya.


Amsal Seorang Santu (2)


Orang banyak terisak dan tersedu
dan beromong antara sesamanya:
"Ia orang aneh dan selalu menjadi korban."
"Ia tak suka melihat orang tua mengangkat badan
dan selalu menolongnya." -
"Ia seperti batu dadu
dimasukkan ke dalam kaleng
lalu dikocok dengan dahsyatnya.
Maka dunia adalah kaleng pengocok itu."
"Ia selalu bangkit dari kejatuhan.
Ia penangis tapi penabah.
Ia pembimbing tapi punya pegangan.
Ia sangat penuh percampuran." -
"Tapi kita tahu ia baik." -
"Ya, ya, orang yang baik
dengan mata lembu bantaian."
"Dengan dia aku pernah berpapasan di jalan.
Kami sama-sama gemetar kelaparan.
Dan ia tersenyum padaku.
Wahai! Caranya tersenyum
Seakan ia tahu segala neraka dan derita manusia.
Pun ia tahu
bagaimana menjawab
teguran duka."
Orang itu meregangkan tubuhnya,
terus berdarah semua lukanya.
Akhirnya ia pun ajal
dengan merentangkan kedua lengannya.


Amsal Seorang Santu (3)


Orang banyak terisak dan tersedu
dan menundukkan kepala mereka.
Maka seorang perempuan lewat bertanya:
"Siapa dia?
Siapa namanya?" -
Seorang lelaki menjawabnya:
"Seorang santu telah mati
seorang yang saleh telah berpulang."
"Tapi tidakkah ia orang muda
yang membongkar restoran
dipukuli perempuan tanpa melawan
menangis dan lemah hati?
Lalu datang orang-orang yang lain
dan mereka semua memukulinya?
Saya melihat pula tiga orang anak kecil
menantinya di luar dengan gemetar
dan lalu menangis mereka?
Dan orang ini siapa namanya?"
"Orang yang bodoh dari desa yang tandus
datang dan mati di sini.
Kami tak tahu siapa namanya.
Orang yang baik telah mati tanpa nama.
Ia telah berusaha menolak kejahatan.
Tapi hidupnya tanpa pilihan.
Ia menangis kebingungan
bukan karena pukulan.
Ia adalah seorang santu.
Ia selalu menangisi kesucian." -
"Ya, ya, ia adalah seorang santu.
Seseorang yang mati disalibkan.
Dosa dunia telah menyalibnya!
Dan tentang anak-anaknya
tidak seorangpun yang tahu ke mana.
Wahai!
Apakah mereka juga akan disalibkan
sebagai bapanya?" -


Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Amsal Seorang Santu" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang menggambarkan kisah seorang "santu" atau seorang penderita yang hidup dalam penderitaan dan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.

Bagian Pertama: Perjalanan Sang Santu:

  1. Identitas Sang Santu: Sang santu digambarkan sebagai seseorang yang terbaring di tepi jalan dan menghadapi ajalnya. Dia diakui sebagai orang berdosa yang selalu bangkit dari dosa. Penggambaran ini memberikan nuansa spiritual dan kesadaran akan dosa serta keterbatasan manusia.
  2. Penerimaan Diri: Sang santu memberikan contoh penerimaan diri dan kesediaan untuk mengakui dosa-dosanya. Sikapnya yang berkata, "Akulah anak yang berdosa, ya Bapa!" menunjukkan kerendahan hati dan kesediaan untuk mengakui kelemahan.
  3. Perjalanan Hidup yang Sulit: Puisi mencitrakan perjalanan hidup sang santu dari kelaparan ke kejahatan, dari penjara ke putus asa, dan dari dosa hingga mendekati Tuhannya. Ini menciptakan gambaran tentang hidup yang sulit dan penuh ujian.
  4. Pertanyaan Pemikiran: Penggunaan pertanyaan-pertanyaan retoris mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, keberanian untuk menghadapi dosa, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hal ini memberikan dimensi filosofis pada puisi.

Bagian Kedua: Penerimaan dan Pertentangan Masyarakat:

  1. Pandangan Masyarakat Terhadap Sang Santu: Orang banyak memberikan pandangan beragam terhadap sang santu. Ada yang menyayangkan nasibnya, ada yang menyebutnya aneh, tetapi sekaligus baik, dan ada yang menilainya sebagai korban.
  2. Simbolisme Batu Dadu: Pemilihan simbol batu dadu yang dimasukkan ke dalam kaleng dan dikocok dengan dahsyatnya menciptakan gambaran dunia yang keras dan tak terduga. Simbol ini menciptakan metafora tentang ketidakpastian hidup.
  3. Ketidakpastian Hidup dan Penderitaan: Puisi mengeksplorasi tema ketidakpastian hidup, penderitaan, dan pertentangan. Sang santu selalu bangkit dari kejatuhan, menunjukkan keteguhan dan ketahanan dalam menghadapi penderitaan.
  4. Keberanian dan Kebaikan Sang Santu: Sang santu digambarkan sebagai seseorang yang memiliki keberanian untuk berdiri meski sering menjadi korban. Kebaikannya dalam menolong orang lain, terutama yang lebih tua, menyoroti sifat manusiawi yang adil dan penuh kasih.

Bagian Ketiga: Kematian Sang Santu dan Pertanyaan:

  1. Kematian dan Kesucian: Pada akhir hidupnya, sang santu menghadapi ajal dengan luka-luka di badannya. Namun, ia tetap tersenyum dan tampak memahami kehadiran Tuhan di matanya. Kematian diartikan sebagai perpindahan menuju kesucian.
  2. Pertanyaan Tentang Anak-Anak Sang Santu: Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang banyak tentang anak-anak sang santu menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran akan nasib mereka. Sebuah tanya yang merenungkan akan kelanjutan kebaikan dan keberanian sang santu di generasi berikutnya.
Puisi "Amsal Seorang Santu" tidak hanya merinci perjalanan hidup seorang penderita, tetapi juga menggambarkan peran sosial dan pandangan masyarakat terhadap individu yang dianggap "aneh" oleh banyak orang. Melalui penyampaian naratif yang penuh empati dan simbolisme, W.S. Rendra berhasil menyajikan sebuah karya sastra yang mendalam dan memprovokasi pikiran pembaca untuk merenungkan arti hidup, kebaikan, dan keterbatasan manusia.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Amsal Seorang Santu
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.