Puisi: Balada Penyair dan Gadisnya (Karya Aldian Aripin)

Puisi "Balada Penyair dan Gadisnya" karya Aldian Aripin menggambarkan dinamika hubungan antara seorang penyair yang kesepian dengan keindahan dan ...
Balada Penyair dan Gadisnya

Bila pagi membuka
matahari memancar cerah
kala itu si gadis tercinta
melangkah ke luar rumah.

Di jalan ini juga
ia pergi sendiri
di jalan ini juga.
ia pulang sendiri.

Seorang penyair muda
yang kesepian hati
rindu selalu mendera
ke mana ia pergi.

Kalau si gadis lalu di jalan
si penyair lari ke jendela
gelegak ludah ia telan
ai gadis betapa jelita.

Ia peram dalam hati
rindu yang amat mesra
pada gadis seorang ini
ia terus mendamba.

Berjalan waktu berjalan
lamban pagi dan senja
kenangan demi kenangan
si gadis teringat saja.

Karena damba dan kesepian
si penyair menjaring berita
tentang gadis kecintaan
siapa nama di mana rumahnya.

Ia pun menulis surat:
Kusampaikan padamu sayang
damba yang padat
mesra sekali sayang.

Berharian ia menunggu
balasan dari si gadis
gemetar dan kaku
ia buka surat si gadis.

Ah penyair yang kesepian
salam kembali padamu
dariku apa yang kau harapkan
maka kau begitu rindu?

Dasar apa, karena apa
aku sendiri tak tahu
tapi begitu saja
aku cinta padamu.

Gadis jelita, jangan bantah
siapa juga cinta padamu
supaya aku tak gelisah
biarkan daku mencintaimu.
Ah lelaki -
cintamu bagai ombak
sedang menghempas ke tepi
perempuan bagaikan tambak.

Pernah kudengar berita
tentang cinta tentang birahi
menempuh jalan terbuka
keduanya bahagia keduanya mati.

Aku tidak mau
cintaku mengabur
aku tidak mau
cintaku terkubur.

Tapi penyairlah dia
yang takkan mati-mati
dan terkutuklah dia
siapa yang tak mengerti.

Gadis, aku percaya
kau akan mengerti
Gadis, aku percaya
penyair takkan mati-mati.

Aku mengerti apa yang kudengar
tapi sabar, ya tunggu dulu
aku lihat matamu berbinar
aku percaya aku tak ragu.

Akan terdampar ke malam mana
o malam yang makin sayu
damba penyair akan gadisnya
erat berpadu dalam sajakku.

Bila pagi membuka pula
ia nantikan senyum si gadis
bila malam mengunci segala
terbayang wajah yang manis.

Dan penyairlah dia
yang takkan mati-mati
dan terkutuklah dia
siapa yang tak mengerti.

1959

Analisis Puisi:

Puisi "Balada Penyair dan Gadisnya" karya Aldian Aripin adalah sebuah narasi tentang cinta dan keindahan dalam kehidupan seorang penyair yang terpaut pada gadis yang dicintainya. Melalui bait-bait puisi yang berirama, Aripin menggambarkan dinamika hubungan antara seorang penyair yang kesepian dengan keindahan dan misteri seorang gadis yang menjadi pusat perhatiannya.

Tema Cinta dan Kesepian: Puisi ini mengeksplorasi tema cinta dan kesepian, di mana penyair muda merasakan kehampaan dalam hatinya sehingga ia merindukan kehadiran gadis yang dicintainya untuk mengisi kekosongan tersebut.

Gadis sebagai Objek Kecantikan dan Keinginan: Gadis yang digambarkan dalam puisi merupakan simbol kecantikan dan keinginan. Penyair merindukan kehadiran dan sentuhan lembutnya, dan cintanya tergambar melalui setiap kata yang ditulisnya.

Kesendirian Penyair: Penyair digambarkan sebagai individu yang kesepian dan rindu akan kehadiran sang gadis. Kehidupannya penuh dengan kerinduan dan mencari kehadiran yang membawa kedamaian dalam jiwa.

Keinginan untuk Dicintai: Penyair mengekspresikan keinginannya untuk dicintai oleh gadis tersebut melalui surat yang ditulisnya. Ia mencari jawaban atas kerinduannya dan berharap mendapatkan kasih sayang yang tulus.

Konflik dan Harapan: Puisi ini mencerminkan konflik emosional penyair antara kesepian dan harapannya untuk mendapatkan cinta yang dibalas. Meskipun ada kekhawatiran akan takdir dan keputusan yang diambil, tetapi penyair tetap berharap pada keajaiban cinta.

Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan penggunaan kata-kata yang mengalir, Aldian Aripin berhasil menciptakan sebuah puisi yang menggugah perasaan dan memberikan penggambaran yang dalam tentang kompleksitas hubungan antara seorang penyair dan gadis yang dicintainya.

"Puisi: Balada Penyair dan Gadisnya (Karya Aldian Aripin)"
Puisi: Balada Penyair dan Gadisnya
Karya: Aldian Aripin
© Sepenuhnya. All rights reserved.