Puisi: Barangkali Karena Bulan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Barangkali Karena Bulan" karya W.S. Rendra menghadirkan gambaran keindahan alam dan ekspresi perasaan pribadi.
Barangkali Karena Bulan


Bulan menyebarkan aroma berahi
dari tubuhnya.
Yang lalu melekat di daun-daun pohon tanjung
yang gemetaran.
Seekor kucing jantan mengerang
dengan suara ajaib.
Mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan.
Dan, Ma, aku meraih sukmamu
yang jauh dari jangkauanku.

Aku tulis sajak cintaku ini
Karena tak bisa kubisikkan kepadamu.
Rindu mengarungi Senin, Selasa, Rabu,
Dan seluruh Minggu.
Menetas bagaikan air liur langit
Yang menjadi bintang-bintang.

Kristal-kristal harapan dan keinginan
berkilat-kilat hanyut di air kali
membentur batu-batu yang tidur.
Gairah kerja di siang hari
di malam hari menjadi gelora asmara.
Kerna bintang-bintang, pohon tanjung,
angin, dan serangga malam.

Ma, tubuhmu yang lelap tidur
terbaring di atas perahu layar
hanyut di langit
mengarungi angkasa raya.


Warangan, Juli 2003

Sumber: Puisi-Puisi Cinta (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Barangkali Karena Bulan" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang menghadirkan gambaran keindahan alam dan ekspresi perasaan pribadi. Dalam puisi ini, penyair menciptakan suasana yang puitis dengan menggabungkan unsur-unsur alam dan perasaan cinta.

Keindahan Alam dan Sensualitas: Puisi ini dimulai dengan gambaran bulan yang "menyebarkan aroma berahi dari tubuhnya." Ini menciptakan citra sensualitas yang terkait dengan keindahan bulan dan aroma yang tercium. Penyair menggambarkan bulan sebagai entitas yang memiliki daya tarik seksual, dan ini menunjukkan cara penyair menghubungkan alam dengan perasaan manusia.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini terus menggambarkan hubungan intim antara manusia dan alam. Daun-daun pohon tanjung yang gemetaran dan kucing jantan yang mengerang menciptakan atmosfer alami yang hidup dan berenergi. Ini mengilustrasikan bagaimana alam dapat menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam merangkai kata-kata dalam puisi.

Puisi sebagai Ungkapan Perasaan: Penyair menciptakan gambaran kucing jantan yang "mengucapkan puisi yang tak bisa ia tuliskan." Ini menggarisbawahi kekuatan puisi sebagai alat untuk menyampaikan perasaan dan emosi yang mungkin sulit diungkapkan secara lisan atau tertulis.

Rindu dan Kebisuan: Dalam puisi ini, terlihat ada rindu yang mendalam terhadap seseorang yang disebut "Ma." Penyair ingin meraih sukmamu yang jauh dari jangkauannya, dan puisi menjadi cara untuk menyampaikan perasaan cinta dan kerinduannya. "Karena tak bisa kubisikkan kepadamu" menunjukkan kebisuan dalam mengungkapkan perasaan.

Simbolisme Bintang-bintang: Bintang-bintang di puisi ini digambarkan sebagai "Kristal-kristal harapan dan keinginan" yang bersinar di langit. Mereka menjadi simbol harapan dan aspirasi, menciptakan suasana optimisme dalam puisi.

Transformasi Malam: Puisi ini menggambarkan perubahan suasana dari siang hari yang penuh dengan "gairah kerja" menjadi malam yang penuh dengan "gelora asmara." Ini menciptakan kontras antara dunia siang dan malam, menekankan bagaimana malam dapat membawa perubahan dalam perasaan dan suasana.

Imajinasi dan Perjalanan: Puisi ini diakhiri dengan gambaran tubuh yang tidur "hanyut di langit mengarungi angkasa raya." Ini bisa diartikan sebagai perjalanan imajinatif menuju keabadian atau keindahan yang lebih tinggi, yang mencerminkan aspirasi dan keinginan yang lebih besar.

Puisi "Barangkali Karena Bulan" menciptakan atmosfer yang indah dan puitis dengan menggabungkan unsur-unsur alam dan perasaan manusia. Ini adalah ungkapan rindu, keinginan, dan keindahan yang diilustrasikan melalui kata-kata yang kuat dan gambaran alam yang memukau.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Barangkali Karena Bulan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.