Puisi: Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" memperlihatkan sisi gelap dan tragis dari perang, serta konflik batin yang dialami oleh individu yang ..
Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang

Tuhanku
wajah-Mu membayang di kota terbakar
dan firman-Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal.

Anak menangis kehilangan bapa.
Tanah sepi kehilangan lelakinya.
Bukanya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara.
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku memasukkan sangkurku.

Malam dan wajahku
adalah satu warna.
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.

Tak ada lagi pikiran
kecuali menyadari
biarpun bersama penyesalan.

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
sementara kulihat kedua tangan-Mu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianati-Mu
Tuhanku.
Erat-erat kugenggam senapanku.
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.

Sumber: Mimbar Indonesia (Juni, 1960)

Analisis Puisi:

Puisi "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" karya W.S. Rendra adalah sebuah refleksi yang dalam dan penuh makna tentang perang, kehilangan, dan pertobatan.

Kehadiran Tuhan dalam Kehidupan Manusia: Puisi ini dibuka dengan pengakuan akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia. Wajah Tuhan tercermin dalam pemandangan kota yang terbakar, sementara firman-Nya terguris di atas ribuan kuburan. Ini menggambarkan kehadiran Tuhan dalam situasi-situasi penuh keputusasaan dan kehancuran, memberikan rasa harapan dan perlindungan.

Penderitaan Akibat Perang: Penyair menggambarkan penderitaan yang diakibatkan oleh perang. Anak-anak kehilangan ayah, dan tanah menjadi sunyi tanpa kehadiran para lelaki. Suasana duka dan kekosongan menyelimuti bumi, menggambarkan kehancuran dan kehilangan yang melanda masyarakat akibat perang.

Permohonan Pertobatan dan Penerimaan Dosa: Serdadu memohon kepada Tuhan untuk diterima ketika ia harus membunuh di medan perang. Dia menyadari bahwa malam telah turun, dosa telah menguasai lingkungan, dan dia siap untuk berperang. Permohonan pertobatan ini mencerminkan konflik moral yang dialami oleh individu yang terlibat dalam kekerasan dan perang.

Identitas yang Terkabur: Serdadu merasa bahwa malam dan wajahnya telah menyatu menjadi satu. Dia merasa bahwa dosa dan nafasnya berada dalam udara yang sama. Ini menggambarkan perasaan kehilangan identitas dan moralitas yang terkabur di tengah situasi perang yang kejam dan penuh keputusasaan.

Pertimbangan Terakhir Sebelum Bertempur: Puisi ini mencapai puncaknya dengan permohonan serdadu kepada Tuhan untuk memperkenankan dirinya untuk membunuh dan menusukkan senjatanya. Ini adalah permohonan terakhirnya sebelum terlibat dalam pertempuran, yang menyoroti konflik batin yang dialami oleh individu yang terlibat dalam kekerasan dan konflik bersenjata.

Puisi "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" adalah sebuah puisi yang memperlihatkan sisi gelap dan tragis dari perang, serta konflik batin yang dialami oleh individu yang terlibat di dalamnya. Melalui penggambaran yang kuat dan intens, W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan dampak destruktif dari kekerasan dan pentingnya perdamaian dan pertobatan dalam kehidupan manusia.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.