Puisi: Lonceng-Lonceng Berkelenengan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Lonceng-Lonceng Berkelenengan" karya W.S. Rendra menggambarkan perasaan kebingungan dan pencarian akan Tuhan dan arti hidup di tengah ...
Lonceng-Lonceng Berkelenengan


Lonceng-lonceng berkelenengan
di malam yang dingin itu.
Dan sejuta nafiri dari sorga
membangunkan orang-orang lapar
dengan lagu yang ganjil
yang hanya dimengerti
oleh sepi yang ajaib.
Dan gemanya beralun-alun
diiringi suara dunia
yang kurang ajar dan menyenangkan.

Lonceng-lonceng berkelenengan
pada jam duabelas
di tengah malam
Maka, ketika aku tengah ngembara
tanpa uang di dalam saku
Tuhan pun lahir di dalam hatiku.
Engkau lahir
di dalam hatiku yang lalai.
Di sana akan Kau dapati
cendawan dan batu lumutan
serta dibawa hatiku itu
sebuah perut yang selalu bimbang.

Lonceng-lonceng berkelenengan.
Dan kita berjalan
menuju ke tepi kota
yang berudara bau sampah.
Yesus Kecil, tutuplah mata-Mu!
Tidurlah di antara dosa-dosa!
Besok pagi akan kubawa Kau ke kali
menikmati mandi yang merdeka
sambil mendengarkan sumpah serapah orang tani
yang tergencet hidupnya.

Lonceng-lonceng berkelenengan.
Dan kita akan menempuh hidup ini
sambil menebak sebuah teka-teki
ialah: nasib insani.
Yesusku!
Engkau lahir. Engkau manusia.
Engkau Tuhan.
Engkaulah Pembuat Nasib
yang tergantung pada nasib.

Lonceng-lonceng berkelenengan.
Dan waktu akan terbang
melayang-layang.
Kemudian datanglah saat itu
aku akan menyalib-Mu.
Dan Engkau mati
untuk menebusku!

Lonceng-lonceng berkelenengan.
Lonceng-lonceng berkelenengan.
Di dalam hatiku Engkau dilahirkan
dan disalibkan.


Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Lonceng-Lonceng Berkelenengan" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang penuh makna dan simbolisme. Puisi ini menggambarkan perasaan kebingungan dan pencarian akan Tuhan dan arti hidup di tengah-tengah dunia yang keras.

Simbolisme Lonceng: Lonceng-lonceng yang berkelenengan di malam yang dingin menciptakan gambaran suasana yang misterius dan penuh ketidakpastian. Lonceng adalah simbol keagamaan dan kehadiran spiritual yang membangunkan orang-orang lapar. Mereka menggambarkan panggilan ke dalam kerohanian, sebuah momen kebangkitan.

Sepi yang Ajaib: Simbolisme sepi yang ajaib dalam puisi ini merujuk pada momen-momen transenden ketika seseorang merasa terhubung dengan yang ilahi dan merasakan makna yang lebih dalam dalam ketenangan dan keheningan.

Yesus Kecil dan Inkarnasi: Puisi ini menggambarkan momen ketika "Yesus Kecil" dilahirkan di dalam hati penyair. Ini adalah representasi dari momen inkarnasi ketika Tuhan menjadi manusia, sejalan dengan tema Natal.

Perut yang Bimbang: Penyair mengungkapkan perasaan kebingungannya dalam hubungan dengan Tuhan dan hidup. Perut yang bimbang mencerminkan keraguan dan pencarian akan makna dalam hidup yang penuh tantangan.

Penyaliban dan Penebusan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran penyaliban Yesus, yang merupakan simbol penebusan dosa. Penyair merujuk pada kisah penyaliban sebagai representasi dari kehidupan manusia dan harapannya akan penebusan melalui iman dan pengorbanan.

Waktu dan Nasib Insani: Penyair mencerminkan perasaan ketidakpastian terhadap waktu dan takdir manusia. Puisi ini mencoba menjawab pertanyaan tentang nasib insani dan hakikat hidup.

Pemaknaan Pribadi: Puisi ini menciptakan ruang untuk pemaknaan pribadi. Banyak elemen dalam puisi ini dapat ditafsirkan berbeda oleh pembaca sesuai dengan pengalaman dan keyakinan mereka sendiri.

Puisi "Lonceng-Lonceng Berkelenengan" adalah karya yang merenungkan dan memprovokasi pemikiran tentang spiritualitas, pencarian makna hidup, dan hubungan manusia dengan yang ilahi. Itu menggambarkan perjalanan ke dalam diri sendiri dan pencarian akan Tuhan dalam kebingungan hidup.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Lonceng-Lonceng Berkelenengan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.