Puisi: Pasarmalam Sriwedari, Solo (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Pasarmalam Sriwedari, Solo" karya W.S. Rendra menyoroti kehampaan hidup dan kebodohan manusia di tengah-tengah kegembiraan dan hiruk-pikuk ...
Pasarmalam Sriwedari, Solo


Di tengah lampu aneka warna,
balon mainan bundar-bundar.
rok-rok pesta warna,
dan wajah-wajah tanpa jiwa,
kita jagal sendiri hati kita,
setelah telinga jadi pekak
dan mulut terlalu banyak tertawa
dalam dusta yang murah
dan bujukan yang hampa.

Mencubiti pantat wanita
tidak membuat kita tambah dewasa.
Dilindungi bayangan tenda-tenda
kita menutup malu kita
dengan kenakalan tanpa guna.
Tempat ini sangat bising dan bising sekali.
Gong, gendang, gitar dan biola.
terkacau dalam sebuah luka.
Ayohlah!
Anda sedang menertawakan dunia,
ataukah dunia sedang menertawakan anda?


Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972)

Analisis Puisi:
Puisi "Pasarmalam Sriwedari, Solo" karya W.S. Rendra merupakan karya yang menggambarkan suasana pasar malam dengan segala kekacauan dan hampa hidup yang terjadi di dalamnya.

Latar Belakang dan Tema Sentral: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehidupan malam di Pasar Sriwedari, Solo, yang seharusnya penuh dengan kegembiraan. Namun, Rendra menyoroti sisi kelam dan hampa hidup di tengah keramaian dan warna-warni pasar malam.

Kekecewaan terhadap Hidup Bermadu Materi: Puisi menggambarkan orang-orang yang sibuk mengejar kesenangan sesaat dan kebahagiaan materi. Balon-balon mainan dan rok-rok pesta adalah simbol kehampaan dan kilauan palsu yang menutupi kekosongan dalam diri masing-masing.

Kritik Terhadap Kebodohan dan Kebisuan Manusia: Bait-bait puisi mengungkapkan bahwa di tengah keramaian, manusia kehilangan jiwa dan kedewasaan. Mencubiti pantat wanita menjadi tindakan hampa dan tidak memberikan kedewasaan. Wajah-wajah tanpa jiwa mencerminkan kebisuan emosional dan kehilangan identitas di tengah keramaian.

Kritik Terhadap Kebisingan dan Kegemaran Dunia Hiburan: Puisi ini menyuarakan kekecewaan terhadap bisingnya pasar malam dengan berbagai alat musik seperti gong, gendang, gitar, dan biola. Kebisingan ini diibaratkan sebagai luka yang merusak keharmonisan hidup.

Kritik Terhadap Kehampaan dan Dusta: Puisi merinci bahwa telinga yang pekak dan mulut yang terlalu banyak tertawa melambangkan kehampaan dan kebohongan. W.S. Rendra mencela perilaku konsumerisme yang hanya mengejar kenikmatan sesaat dan kebohongan yang merajalela di tengah keramaian pasar malam.

Tantangan untuk Menilai Diri dan Dunia: Dengan pertanyaan "Anda sedang menertawakan dunia, ataukah dunia sedang menertawakan anda?", Rendra menantang pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam kehampaan dan kesia-siaan hidup. Ini juga menjadi panggilan untuk sadar akan kondisi sekitar dan tidak terbuai oleh hingar-bingar dunia konsumerisme.

Puisi "Pasarmalam Sriwedari, Solo" merupakan karya kritis W.S. Rendra yang menyoroti kehampaan hidup dan kebodohan manusia di tengah-tengah kegembiraan dan hiruk-pikuk pasar malam. Melalui bahasa yang tajam, Rendra mengajak pembaca untuk merenung dan menyadari kekosongan di balik gemerlap pasar malam yang seharusnya penuh keceriaan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Pasarmalam Sriwedari, Solo
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.