Puisi: Rumah Andreas (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Rumah Andreas" karya W.S. Rendra menghadirkan gambaran yang sederhana namun penuh makna tentang kehidupan sehari-hari dan interaksi keluarga.
Rumah Andreas

Setelah semalam pesta larut
kami bangun ketika matahari sudah sama tinggi
dengan jendela.
Waktu itu hari Minggu.
Nyonya Andreas mengajak kami sarapan
di kebun di belakang rumahnya
Semua sudah tersedia.
Kursi kebun warna-warni
di atas rumputan yang hijau
dikelilingi selusin pohonan.
Dan di atas meja fantastis yang jambon
tersedialah cangkir-cangkir kopi
buah-buahan, roti, dan poci-poci.
Putra Andreas telah menunggu membaca koran
dalam baju militer, kerna ia Kapten.
Dengan pakaian yang rapi saya datang
menemui Kapten dan buah-buahan,
rumputan dan pohonan,
burung-burung dan langit pagi,
warna merah, kuning, jambon, dan segala warna-warni,
serta roti, serta kopi.
"Ali Khan berniat kawin lagi."
Kata Kapten sambil menuang kopi.
Waktu itu saya sedang memenuhi paru-paru
dengan hawa sejuk kota pegunungan.
Saya tak menjawabnya apa-apa.

Tuan Andreas dan nyonya datang
ketika saya tengah asyik memandang
rumahnya yang bertingkat dua
dengan jendela-jendela yang bertirai ungu.

"Willy betul sudah mandi?" tanya Andreas.
Saya menguap dan tertawa.
"Rambut Willy selamanya begitu.
Seperti daun cemara."
Begitu isterinya bercanda.

"Kita mesti kembali ke jiwa revolusi!"
Kata Andreas pada putranya.
Saya melihat ayam berkokok di atas pagar
betinanya mengaisi tanah
Dan dua ekor angsa
berjalan malas turun ke kolam.
Lamban. Tanpa jiwa. Fana.

"Mobil Ford tahun ini kurang sentosa nampaknya!"
Kata nyonya Andreas memancing perdebatan.
Saya asyik mengamati
terali balkon yang dibentuk bagai leli.
Dingin dan jelita. Fana.

"Pucuk cemara kadang-kadang seperti tangan jauh
yang melambai."
Kataku tanpa memalingkan muka.
"Saya akan menuntut lebih banyak keadilan bagi wanita."
Terdengar orang lain bersuara pula.
Nyonya Andreas bersuara.
Bunga trembesi yang gugur
berpusing-pusing sebentar di udara
bagaikan kupu-kupu.
Gugur ke bumi. Rebah ke bumi. Fana.

Rumah besar itu berkapur putih
dan jendelanya bercat kelabu.
"Saya tahu," kata Andreas
"Willy sedang memikir sebuah soneta!"
"Kau pikir begitu?" canda istrinya.
Saya menguap, memandang meja dan berkata:
"Saya sedang berpikir di mana ada merica."
Mereka berbareng tertawa
dan sang istri pergi
mengambil merica.

Mulut terbuka untuk tertawa.
Mulut terbuka, makan dan pesta.
Mulut terbuka, menguap fana.
Cendawan subur tanpa jiwa.

Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah Andreas" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang sebuah pagi di rumah seorang pasangan, Tuan Andreas dan Nyonya Andreas, serta interaksi dengan tamu yang datang. Melalui gambaran ini, penyair menggambarkan suasana yang terasa seperti sebuah momen yang sederhana tetapi berarti.

Gambaran Pagi yang Tenang: Puisi ini dimulai dengan deskripsi tentang sebuah pagi yang tenang setelah semalam pesta larut. Penyair menggambarkan suasana di pagi hari ketika matahari terbit dan langit mulai cerah. Gambaran pagi yang tenang ini menciptakan suasana awal yang damai dalam puisi.

Sarapan di Kebun: Penyair menggambarkan momen sarapan di kebun belakang rumah Tuan dan Nyonya Andreas. Mereka duduk di kursi kebun di tengah alam yang asri, dikelilingi oleh pohon-pohon dan rumput hijau. Gambaran ini menciptakan suasana yang santai dan penuh kenikmatan.

Interaksi Keluarga: Tuan Andreas dan Nyonya Andreas terlibat dalam percakapan santai dengan putra mereka yang merupakan seorang kapten. Mereka berbicara tentang berita-berita sehari-hari seperti pernikahan Ali Khan, kondisi mobil Ford, dan hal-hal lain yang mengisi kehidupan sehari-hari mereka. Interaksi ini menggambarkan hubungan yang akrab dan komunikatif di antara anggota keluarga.

Observasi dan Kontemplasi: Selama sarapan, sang penyair terlihat mengamati rumah dan lingkungan sekitarnya. Ia memperhatikan keindahan dan detail-detail seperti jendela bertirai ungu, terali balkon yang terlihat elegan, dan bunga trembesi yang gugur. Observasi ini menciptakan suasana introspektif yang menambah kedalaman dalam puisi.

Perbincangan tentang Keadilan dan Perempuan: Dalam percakapan, tema tentang keadilan bagi wanita muncul. Sang penyair mengutarakan pendapat bahwa ia akan menuntut lebih banyak keadilan bagi wanita. Ini mencerminkan pandangan sosial penyair dan bisa jadi merujuk pada isu-isu kesetaraan gender.

Kesederhanaan dan Makna: Meskipun percakapan di rumah Andreas tampak sederhana dan terkesan santai, puisi ini memiliki makna yang lebih dalam. Teks puisi merenungkan tentang keberadaan manusia dalam dunia yang fana dan singkat, serta kompleksitas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Puisi yang Merefleksikan Kehidupan: Puisi "Rumah Andreas" secara keseluruhan menggambarkan potret kehidupan sehari-hari yang diisi dengan interaksi keluarga, observasi, dan kontemplasi. Puisi ini dapat diartikan sebagai refleksi tentang nilai-nilai keluarga, keseharian yang berharga, serta keindahan yang ada di sekitar kita yang sering kali terabaikan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Rumah Andreas
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.