Puisi: Rumah Pak Karto (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Rumah Pak Karto" karya W.S. Rendra mengundang pembaca untuk merenungkan keindahan kesederhanaan dan kedamaian di pedesaan.
Rumah Pak Karto


Menyusuri tanggul kali ini
aku 'kan sampai ke rumahnya.
Sawah di kanan-kiri
dan titian-titian dari bambu
melintasi kali.
Menjalani tanggul berumput ini
aku 'kan sampai ke rumahnya
yang besar dan lebar
dengan berpuluh unggas di halaman,
pohon-pohon buahan,
lambang-lambang kesuburan,
dan balai-balai yang tenteram.

Lalu sebagai dulu
akan kujumpai ia mencangkul di kebunnya
dengan celana hitam dan dada terbuka
orang yang tahu akan hidupnya:
orang yang pasti akan nasibnya.
Ia akan mengelu-elu kedatanganku
dan bertanya:
"Apa kabar dari kota?"
Dadanya bagai daun talas yang lebar
dengan keringat berpercikan.
Ia selalu pasti, sabar, dan sederhana.
Tangannya yang kuat mengolah nasibnya,

Menyusuri kali irigasi
aku 'kan sampai ke tempat yang dulu
aku 'kan sampai kepada kenangan:
ubi goreng dan jagung bakar,
kopi yang panas di teko tembikar,
rokok cengkeh daun nipah,
dan gula jawa di atas cawan.

Kemudian akan datang malam:
bulan bundar di atas kandang,
angin yang lembut
bangkit dari sawah tanpa tepi,
cengkerik bernyanyi dari belukar,
dan di halaman yang lebar
kami menggelar tikar.

Menyusuri jalan setapak ini
jalan setapak di pinggir kali
jalan setapak yang telah kukenal
aku 'kan sampai ke tempat yang dulu:
udara yang jernih dan sabar
perasaan yang pasti dan merdeka
serta pengertian yang sederhana.


Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah Pak Karto" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang menggambarkan kedamaian dan kesederhanaan kehidupan di pedesaan. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perjalanan menuju rumah Pak Karto dan melukiskan suasana di sana.

Deskripsi Lokasi: Puisi ini dimulai dengan gambaran perjalanan melalui tanggul kali dan sawah. Penyair menggambarkan keindahan alam pedesaan dengan menyebutkan sawah, titian bambu, dan tanggul yang berumput. Deskripsi ini menciptakan citra alam yang hijau dan damai.

Rumah Pak Karto: Puisi ini fokus pada rumah Pak Karto, yang digambarkan sebagai rumah besar dan luas dengan banyak unggas di halaman, pohon buah, dan balai-balai yang tenteram. Rumah ini dianggap sebagai lambang kesuburan dan kedamaian.

Pak Karto: Penyair menggambarkan Pak Karto sebagai sosok yang kuat, sederhana, dan pasti akan nasibnya. Dia digambarkan sedang mencangkul di kebunnya, dengan celana hitam dan dada terbuka. Ini menciptakan citra sosok petani yang teguh dan berhubungan erat dengan alam.

Kedatangan Penyair: Puisi ini menyiratkan bahwa penyair adalah tamu yang sering datang ke rumah Pak Karto. Mereka akan berkumpul di malam hari, menikmati makanan dan minuman, seperti ubi goreng, jagung bakar, kopi panas, rokok cengkeh, dan gula jawa. Ini menciptakan citra pertemuan yang hangat dan ramah.

Atmosfer Malam: Puisi ini mengekspresikan keindahan malam di pedesaan, dengan gambaran bulan bundar di atas kandang, angin lembut, dan suara alam seperti cengkerik yang bernyanyi. Semua ini menciptakan suasana yang tenang dan damai.

Penutupan: Penyair menutup puisi ini dengan menggambarkan pengertian yang sederhana dan perasaan yang pasti dan merdeka. Ini menciptakan kesan bahwa kehidupan di pedesaan memberikan kedamaian dan kepastian yang mungkin tidak ditemukan di kota.

Puisi "Rumah Pak Karto" adalah penghormatan penyair terhadap kehidupan sederhana di pedesaan dan kehangatan hubungan dengan orang-orang seperti Pak Karto. Melalui gambaran alam dan suasana, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan keindahan kesederhanaan dan kedamaian di pedesaan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Rumah Pak Karto
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.