Puisi: Tangis (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Tangis" karya W.S. Rendra memikat dengan gambaran yang mendalam tentang kehilangan, penantian, dan harapan dalam menghadapi tragedi dan ...
Tangis

Ke mana larinya anak tercinta
yang diburu segenap penduduk kota?
Paman Doblang! Paman Doblang!

Ia lari membawa dosa
tangannya dilumari cemar noda
tangisnya menyusupi belukar di rimba.

Sejak semalam orang kota menembaki
dengan dendam tuntutan mati
dan ia lari membawa diri.
Seluruh subuh, seluruh pagi.

Paman Doblang! Paman Doblang!
Ke mana larinya anak tercinta
di padang lalang mana
di bukit kapur mana
mengapa tak lari di riba bunda?

Paman Doblang! Paman Doblang!
Pesankan padanya dengan angin kemarau
ibunya tang tua menunggu di dangau.

Kalau lebar nganga lukanya
mulut bunda 'kan mengucupnya.

Kalau kotor warna jiwanya
ibu cuci di lubuk hati.

Cuma ibu yang bisa mengerti
ia membunuh tak dengan hati.

Kalau memang hauskan darah manusia
suruhlah minum darah ibunya.

Paman Doblang! Paman Doblang!
Katakan, ibunya selalu berdoa.
Kalau ia 'kan mati jauh di rimba
suruh ingat marhum bapanya
yang di sorga, di imannya.

Dan di dangau ini ibunya menanti
dengan rambut putih dan debar hati.

Paman Doblang! Paman Doblang!
Kalau di rimba rembulan pudar duka
katakan, itulah wajah ibunya.


Sumber: Ballada Orang-Orang Tercinta (1957)

Analisis Puisi:
Puisi "Tangis" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang penuh dengan kesedihan, keputusasaan, dan penantian yang panjang.

Kehilangan dan Kesedihan: Puisi ini menggambarkan kehilangan seorang anak yang dicintai oleh penduduk kota. Tangis dan keputusasaan meliputi keseluruhan suasana, memberikan gambaran tentang penderitaan yang mendalam akibat peristiwa yang tragis tersebut.

Pencarian yang Putus Asa: Dalam puisi ini, terdapat upaya yang putus asa untuk menemukan anak yang hilang. Panggilan kepada "Paman Doblang" mencerminkan rasa kepanikan dan keputusasaan yang dirasakan oleh mereka yang mencari anak itu.

Rimba sebagai Metafora Kesendirian dan Kegelapan: Rimba, atau hutan belantara, digambarkan sebagai tempat yang gelap dan tersembunyi di mana anak itu bersembunyi. Ini mewakili kesendirian dan kegelapan yang melingkupi anak yang hilang, serta keputusasaan pencariannya.

Kesetiaan Ibu dan Pengharapan: Sentuhan emosional dalam puisi ini adalah penggambaran kesetiaan seorang ibu yang menunggu dengan harapan bahwa anaknya akan kembali. Penggambaran rambut putih dan debar hati ibu menunjukkan intensitas pengharapan dan cinta seorang ibu terhadap anaknya.

Pengorbanan dan Penyesalan: Puisi ini juga mencerminkan tema pengorbanan dan penyesalan. Pembunuhan yang terjadi menyebabkan rasa penyesalan yang dalam, terutama karena ibu adalah satu-satunya yang dapat memahami dan mengampuni anaknya.

Pemurnian dan Pengampunan: Ada motif pemurnian dan pengampunan dalam puisi ini. Meskipun kejahatan telah dilakukan, ibu masih siap untuk memaafkan anaknya dan membersihkan jiwanya dengan cinta sejati.

Kematian dan Harapan akan Kehidupan Abadi: Ada juga sentuhan spiritual dalam puisi ini. Referensi terhadap "marhum bapanya yang di sorga" menunjukkan keyakinan akan kehidupan abadi dan harapan bahwa anak itu akan bertemu dengan ayahnya di alam setelah kematian.

Puisi "Tangis" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang memikat dengan gambaran yang mendalam tentang kehilangan, penantian, dan harapan dalam menghadapi tragedi dan keputusasaan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Tangis
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.