Puisi: Ya, Bapa (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ya, Bapa" karya W.S. Rendra menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang dalam pencarian arti dan makna keberadaan serta ...
Ya, Bapa

Malam begini ia datang: itu, dosa itu, merasuki dada.
Pecah semua. Pecah semua.

Wajah Bapa di pigura, jantung dengan mahkota duri,
lambung yang terbedah, darah kasih yang merah.
Pecah semua. Pecah semua.

Bapa! Cium keningku hitam, tumpangkan satu tangan
kerna aku harus bangun lagi, sendiri dan tatapkan mata.

Atau beri aku peti mati, maha kurban, baptis darah
Biar sudah tuntas semua.

Tapi seandai Kau beri juga burung pagi di jendela
kukata juga: mau Bapa, punya Bapa.
Lalu kupaksa tautkan urat-urat daging pada tulang.

Lalu cium keningku hitam, tumpangkan satu tangan. Bapa.
Kerna besok harus bangun lagi, sendiri dan buka mata.

Sumber: Seni (Januari, 1955)

Analisis Puisi:


Puisi "Ya, Bapa" karya W.S. Rendra adalah ungkapan keintiman, penderitaan, dan pertanyaan spiritual yang mendalam.

Keintiman dan Konflik Internal: Puisi ini dimulai dengan ungkapan tentang kedatangan "dosa" yang menyelubungi penyair pada malam yang gelap. Ungkapan ini menciptakan suasana konflik internal yang kuat, di mana penyair merenungkan hubungannya dengan Bapa (Tuhan).

Simbolisme Agama: W.S. Rendra menggunakan simbolisme agama yang kuat dalam puisi ini, terutama dengan penggunaan gambaran tentang "Wajah Bapa di pigura" dan "darah kasih yang merah." Simbol-simbol ini mencerminkan hubungan spiritual antara individu dan Tuhan serta penderitaan yang dialami oleh Bapa.

Permohonan dan Keraguan: Penyair memohon kepada Bapa, menghadapkan kebingungan, keputusasaan, dan penderitaannya. Dia merasa terpanggil untuk mencari pertolongan atau pengampunan dari Bapa, tetapi juga merasa ragu apakah dia layak menerimanya.

Keputusasaan dan Harapan: Puisi ini mencerminkan perasaan keputusasaan dan harapan yang terus-menerus bergulir. Meskipun penyair merasa terpisah dan terbebani oleh dosa dan penderitaan, dia juga menyimpan harapan akan belas kasih Bapa dan kebangkitan yang baru.

Pertanyaan Spiritual: Dalam penutup puisi, terdapat pertanyaan yang mendalam tentang keberadaan dan kehendak Bapa. Penyair bertanya apakah dia akan diberi "burung pagi di jendela" atau akan menerima "peti mati" sebagai simbol pengorbanan. Pertanyaan ini mencerminkan pencarian akan makna dan arah spiritual dalam kehidupan manusia.

Keteguhan dan Kekuatan: Meskipun terdapat penderitaan dan keraguan, puisi ini juga mencerminkan keteguhan dan kekuatan penyair untuk bangkit dan terus melangkah ke depan. Dia siap untuk menerima takdirnya, baik itu penderitaan maupun belas kasih Bapa.

Dengan demikian, puisi "Ya, Bapa" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang dalam pencarian arti dan makna keberadaan serta hubungannya dengan yang Ilahi.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ya, Bapa
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.