Puisi: Jakarta dalam Segala (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Jakarta dalam Segala" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair terhadap kota Jakarta.
Jakarta dalam Segala


Pagi
kelabu di sisa kabut
menggeliat di awal kiat
bangkit di atas sakit
mengangin di celah ingin.

Siang 
membuih di juice alpokat
mengapung di Ciliwung
menganga di Jatinegara
mengedan di riuh pertokoan.

Malam
membuncah di emperan
meliuk di gedung benderang
menggoda di sisa sadar
merunduk dalam doa awam.

Kusadari
Jakarta mengalir di nadi
Jakarta mencair di mata
Jakarta melendir di kecemasan
Jakarta mencari di purbani.


Jakarta, Juni 1994

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta dalam Segala" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair terhadap kota Jakarta. Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana, tetapi memiliki kedalaman dalam penggambaran kota dan atmosfernya.

Pagi, Siang, Malam: Puisi ini dibagi menjadi tiga bagian yang mewakili waktu berbeda dalam sehari di Jakarta: pagi, siang, dan malam. Setiap bagian menciptakan suasana yang berbeda, mencerminkan perubahan suasana dan aktivitas di kota selama hari itu.

Deskripsi Waktu: Setiap bagian menggambarkan suasana dan aktivitas yang khas pada waktu tersebut. Pagi digambarkan sebagai waktu awal yang masih berkabut, siang adalah saat kehidupan kota yang sibuk dan ramai, sementara malam adalah saat ketika kota menjadi lebih tenang dan merenung.

Deskripsi Jakarta: Puisi ini menggunakan kata-kata yang menggambarkan berbagai aspek Jakarta. Kota ini digambarkan sebagai tempat yang beragam, dengan referensi ke Ciliwung, Jatinegara, dan pertokoan yang meriah. Ini menciptakan gambaran kota yang hidup dan penuh dengan aktivitas.

Pengaliran: Puisi ini menciptakan gambaran Jakarta yang mengalir, mencair, melendir, dan mencari. Ini mungkin mencerminkan perasaan bahwa Jakarta adalah tempat yang selalu berubah dan dinamis, di mana setiap elemen kota itu sendiri mengalami perubahan.

Perasaan Penyair: Puisi ini menciptakan perasaan bahwa penyair adalah bagian dari Jakarta, dengan kata-kata seperti "Kusadari Jakarta mengalir di nadi." Ini menunjukkan bahwa penyair merasa terhubung dengan kota ini dan merasakan perubahan dan kehidupan di dalamnya.

Pencarian dan Kecemasan: Puisi ini mengandung elemen pencarian dan kecemasan, terutama dalam bagian terakhir yang menyebutkan bahwa Jakarta "mencari di purbani." Ini mungkin menggambarkan perasaan penyair tentang Jakarta sebagai tempat yang terus mencari identitasnya dalam perkembangan dan perubahan yang konstan.

Secara keseluruhan, puisi "Jakarta dalam Segala" adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang Jakarta yang hidup dan beragam, dengan berbagai suasana yang terjadi selama sehari. Puisi ini juga mencerminkan perasaan penyair terhadap kota ini dan perubahan yang terus menerus terjadi di dalamnya.

"Puisi: Jakarta dalam Segala (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Jakarta dalam Segala
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.