Puisi: Ketika Kata Jadi Belati (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Ketika Kata Jadi Belati" karya Diah Hadaning merenungkan tentang perubahan dalam komunikasi dan kerinduan akan nilai-nilai yang lebih mendalam.
Ketika Kata Jadi Belati
Buat Anggit, Ndra, Win dan Vi


Banyak yang tidak sejanji
ketika nurani ditinggalkan harum melati
digantikan mata belati
kata-kata menjadi tanda bahaya
wajah-wajah siratkan curiga
kemasan-kemasan mudah diubah
menjadi sesuatu sangat lain
angin siang kemarau panjang desa nelayan
angin malam simpan geram di aula
entah intro apa intermezzo
namun Anggit, Ndra, Win dan Vi
lebih mengerti dari kesiur angina musim
karena salam dan mata lebih bermakna dari sederet kata
lalu kuteduhkan gelisah bangkit tiba-tiba
kusandarkan dan kubaringkan
di beranda rumah tua
aku tak harus mencari ke mana-mana
karena tiga malam sangat ranum
membuat gemintang berpendaran dalam ruang
terima kasihku - Tuhan.


Bogor, 1994

Analisis Puisi:
Puisi adalah sebuah bentuk seni yang memungkinkan penyair untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka dengan cara yang puitis. "Ketika Kata Jadi Belati" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang merenungkan tentang perubahan dalam komunikasi dan kerinduan akan nilai-nilai yang lebih mendalam.

Tema Puisi: Tema utama dalam puisi ini adalah perubahan dalam komunikasi dan kerinduan akan makna yang lebih mendalam dalam hubungan manusia. Penyair merenungkan bagaimana kata-kata bisa digunakan dengan tidak benar, menjadi "belati" yang merusak hubungan dan memunculkan curiga. Puisi ini menekankan pentingnya makna yang mendalam dalam komunikasi manusia.

Perubahan dalam Komunikasi: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan dalam cara kita berkomunikasi. Kata-kata yang digunakan dengan tidak benar dapat merusak hubungan dan menciptakan ketidakpercayaan. Penyair mengekspresikan keinginan untuk kembali ke nilai-nilai komunikasi yang lebih otentik dan bermakna.

Metafora: Puisi ini menggunakan metafora kata-kata yang menjadi "belati." Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana kata-kata yang digunakan dengan buruk dapat menyakiti dan merusak hubungan.

Nilai-Nilai Antikomersial: Penyair merenungkan tentang nilai-nilai yang lebih mendalam dalam hubungan manusia. Penyair menyatakan bahwa "salam dan mata lebih bermakna dari sederet kata." Ini menciptakan gambaran tentang pentingnya ekspresi dan kontak manusiawi yang jujur dalam berkomunikasi.

Hubungan yang Mendalam: Puisi ini mengungkapkan kerinduan akan hubungan yang lebih mendalam dan otentik. Penyair merenungkan tentang kebahagiaan yang ditemukan dalam tiga malam yang "ranum" yang membawa "gemintang berpendaran dalam ruang." Ini menciptakan gambaran tentang keindahan hubungan yang benar-benar berarti.

Terima Kasih Kepada Tuhan: Puisi ini diakhiri dengan ungkapan terima kasih kepada Tuhan. Ini menciptakan kesan bahwa penyair merasa bersyukur atas pengalaman yang memberikan makna dan kebahagiaan dalam hidup.

Puisi "Ketika Kata Jadi Belati" adalah sebuah karya sastra yang penuh makna yang merenungkan tentang perubahan dalam komunikasi dan kerinduan akan makna yang lebih mendalam dalam hubungan manusia. Diah Hadaning berhasil menggunakan kata-kata dan metafora untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya nilai-nilai otentik dan hubungan yang mendalam dalam komunikasi manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan cara kita berkomunikasi dan bagaimana kita dapat menciptakan hubungan yang lebih bermakna.

"Puisi: Ketika Kata Jadi Belati (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Ketika Kata Jadi Belati
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.