Puisi: Selamat Tinggal (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Selamat Tinggal" karya Chairil Anwar merupakan karya sastra yang menggambarkan perasaan kepergian dan perpisahan dengan sentuhan emosi yang ...
Selamat Tinggal

Aku berkaca
Bukan buat ke pesta

Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru-menderu
— dalam hatiku? —
Apa hanya angin lalu?

Lalu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah...!!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal....

Selamat tinggal...!!!

12 Juli 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Selamat Tinggal" karya Chairil Anwar merupakan karya sastra yang menggambarkan perasaan kepergian dan perpisahan dengan sentuhan emosi yang kuat.

Kesedihan dan Pergulatan Batin: Puisi ini terasa penuh dengan kesedihan dan pergulatan batin. Penggunaan kata "muka penuh luka" menciptakan gambaran visual tentang keadaan emosional yang berat. Ada perasaan sakit hati dan luka batin yang mungkin terjadi akibat perpisahan.

Refleksi dalam Kaca: Pemilihan kata "Aku berkaca" menunjukkan adanya refleksi atau introspeksi diri. Berkaca bukanlah untuk merayakan atau memperindah diri, tetapi mungkin sebagai wujud perenungan dan pertanyaan tentang keadaan diri yang sedang menghadapi perpisahan.

Kesendirian dan Kesunyian: Ungkapan "tengah malam buta" menciptakan suasana kesendirian dan kesunyian yang dalam. Malam buta mungkin mencerminkan kegelapan perasaan yang mendalam akibat perpisahan.

Seru-Menderu dalam Hati: Pertanyaan yang diajukan dalam puisi, "dalam hatiku?" menggambarkan adanya konflik emosional yang mungkin sulit diungkapkan secara verbal. Ada keraguan dan ketidakpastian tentang perasaan yang dirasakan.

Perasaan Keberanian dan Keputusan: Ekspresi "Lalu lain pula" dapat diartikan sebagai perasaan keberanian atau keputusan yang berbeda. Mungkin terdapat upaya untuk menghadapi perpisahan dengan kepala tegak, meskipun hati penuh dengan ketidakpastian.

Ekspresi "Ah...!!!" : Ekspresi ini menunjukkan dorongan emosional yang kuat. Mungkin melibatkan rasa kehilangan, kekecewaan, atau kesedihan yang mendalam.

Penutup yang Singkat: Penutup puisi yang singkat dengan kata "Selamat tinggal...!!!" memberikan kesan finalitas dan kepastian perpisahan. Kata-kata ini juga dapat diartikan sebagai ungkapan perpisahan yang tegas dan mendalam.

Puisi "Selamat Tinggal" merupakan ekspresi emosional yang dalam dan kompleks tentang perasaan perpisahan. Chairil Anwar mampu menggambarkan kebingungan dan kesedihan melalui penggunaan kata-kata yang kuat dan atmosfer yang penuh emosi.

Chairil Anwar
Puisi: Selamat Tinggal
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.