Puisi: Angin (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Angin" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta kompleksitas kehidupan manusia ...
Angin (1)

Angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke
sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar
suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, “hei
siapa ini yang mendadak di depanku?”
angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita
untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh
lagi
- sampai pagi tadi:
ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa seorang diri di
tengah bising-bising ini tanpa Hawa.

Angin (2)

Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar
semalaman.
Seekor ular lewat, menghindar.
Lelaki itu masih tidur.
Ia bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang
di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.

Angin (3)

"Seandainya aku bukan ..." Tapi kau angina! Tapi kau harus
    tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut 
kamar,
    menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak
    bukit itu.
"Seandainya aku ..." Tapi kau angin! Nafasmu tersengal
    setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang
    perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna
    bunga.
"Seandainya ..." Tapi kau angina! Jangan menjerit;
    semerbakmu memekakkanku.

1981

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Angin" karya Sapardi Djoko Damono adalah serangkaian pengamatan dan refleksi tentang fenomena alam yang bersifat universal, seperti angin, dan bagaimana hal itu berhubungan dengan manusia dan kehidupan sehari-hari.

Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan kompleks antara manusia dengan alam, khususnya angin. Angin digambarkan sebagai entitas yang hidup dan bergerak dengan kekuatan sendiri, tetapi juga terkait erat dengan perasaan dan pengalaman manusia.

Simbolisme Angin: Angin dalam puisi ini tidak hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai simbol perubahan, kebebasan, dan kekuatan tak terduga. Angin sering digunakan dalam sastra untuk mencerminkan perasaan manusia yang berubah-ubah dan keadaan yang tidak terduga dalam kehidupan.

Narasi Mitologis: Di bagian pertama puisi, Sapardi Djoko Damono membawa pembaca ke mitos penciptaan Adam dan Hawa. Angin di sini menjadi saksi peristiwa penting dalam mitos keagamaan, menyoroti kekuatan dan keajaiban alam yang hadir dalam cerita-cerita keagamaan.

Imajinasi dan Mimpi: Puisi ini juga mengeksplorasi imajinasi dan mimpi sebagai bentuk realitas alternatif. Di tengah alam yang liar, imajinasi lelaki dalam mimpi menjadi pengalaman yang menarik dan penuh makna, menciptakan dunia yang misterius dan menggugah.

Kehidupan Sehari-hari: Di bagian ketiga, puisi menghadirkan gambaran kehidupan sehari-hari yang terkoneksi dengan angin. Melalui percakapan internal, pembaca dihadapkan pada konflik dan pertanyaan yang mendasar tentang eksistensi dan hubungan manusia dengan alam.

Penggunaan Bahasa: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun kaya akan imaji dan makna. Pilihan kata-katanya yang kuat dan gambaran yang jelas menciptakan suasana yang mendalam dan memikat bagi pembaca.

Puisi "Angin" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta kompleksitas kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan alam dan imajinasi. Melalui gambaran alam dan narasi puitis, puisi ini membangkitkan refleksi mendalam tentang eksistensi dan hubungan manusia dengan dunia di sekitarnya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Angin
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.