Puisi: Batu (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Batu" karya Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga bagian puisi yang mencerminkan tentang identitas, perubahan, pilihan, dan .....
Batu (1)

Aku pun akhirnya berubah
menjadi batu. Kau pahatkan,
"Di sini istirah dengan tenteram
sebongkah batu,
yang pernah berlayar ke negeri-
negeri jauh, berlabuh di bandar-
bandar besar, dan dikenal
di delapan penjuru angin;
akhirnya ia pilih
kutukan, ia pilih
ketenteraman itu.
Di sini."

Tetapi kenapa kaupahat juga
dan tidak kaubiarkan saja
aku sendiri, sepenuhnya?

Batu (2)

Jangan kaudorong aku
ke atas bukit itu
kalau hanya untuk berguling kembali
ke lembah ini.
Aku tak mau terlibat
dalam helaan nafas, keringat,
harapan, dan sia-siamu.

Jangan kau dorong aku
ke bukit itu; aku tak tahan
digerakkan dari diamku ini.
Aku batu, dikutuk
untuk tenteram.

Batu (3)

Di lembah ini aku tinggal
menghadap jurang, mencoba menafsirkan
rasa haus yang kekal:
ketenteraman ini,
sekarat ini.

1991

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Batu" karya Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga bagian puisi yang penuh dengan makna dan refleksi tentang identitas, perubahan, dan ketenteraman. Puisi ini menggunakan metafora batu untuk menggambarkan perjalanan hidup, pilihan, dan keinginan.

Batu (1)

Identitas dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan perubahan identitas seseorang yang akhirnya berubah menjadi batu. Batu ini adalah gambaran dari dirinya yang pernah mengalami berbagai pengalaman dan perjalanan hidup, seperti berlayar ke negeri-negeri jauh dan berlabuh di bandar-bandar besar. Namun, akhirnya ia memilih ketenangan dan kedamaian dengan menjadi batu yang istirahat di tempat itu.

Pilihan dan Ketenteraman: Penyair menyajikan pilihan antara berlayar dan mencari pengalaman serta ketenangan dalam diam. Batu memilih untuk berubah menjadi bongkah batu dan memilih ketenteraman yang dibawanya. Pilihan ini mencerminkan keinginan seseorang untuk mencari kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.

Batu (2)

Penolakan Terhadap Perubahan: Puisi ini mengekspresikan penolakan batu terhadap perubahan atau digerakkan dari tempatnya. Batu menolak terlibat dalam helaian nafas, keringat, harapan, dan usaha yang sia-sia. Batu ingin tetap diam dan tenang, menolak berpindah dari tempat ketenangannya.

Identitas Batu sebagai Simbol Ketenteraman: Batu di sini digambarkan sebagai simbol ketenangan dan ketidakberubahannya. Batu menyatakan dirinya sebagai benda yang dikutuk untuk tetap tenang dan tidak berubah dari tempatnya.

Batu (3)

Ketenteraman di Lembah: Puisi ini menggambarkan batu yang tinggal di lembah, menghadap jurang, dan mencoba memahami rasa haus yang kekal. Lembah dan jurang di sini mungkin mencerminkan kondisi hidup yang sulit atau tantangan yang dihadapi. Namun, batu tetap berusaha mencari ketenteraman di tengah-tengah kesulitan tersebut.

Tafsiran Rasa Haus: Penyair menggambarkan batu mencoba menafsirkan rasa haus yang kekal. Rasa haus ini mungkin mencerminkan keinginan akan ketenangan dan kedamaian yang abadi, sesuatu yang sangat diinginkan oleh batu.

Puisi "Batu" karya Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga bagian puisi yang mencerminkan tentang identitas, perubahan, pilihan, dan ketenteraman. Puisi ini menggunakan metafora batu untuk menyampaikan pesan tentang perjalanan hidup, pilihan yang diambil, dan keinginan akan ketenangan. Gaya bahasa yang sederhana dan kuat menciptakan gambaran yang mendalam tentang makna dan refleksi dalam hidup manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti sejati dari ketenteraman dan ketidakberubahannya dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan dalam hidup.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Batu
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.