Puisi: Dalam Doaku (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Dalam Doaku" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keberagaman bentuk dan perasaan dalam doa, serta menyiratkan hubungan yang mendalam ...
Dalam Doaku


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara.

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana.

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.


1989

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Catatan:
Puisi ini pernah dimuat di majalah Horisoedisi November1989 sebagai Catatan Kebudayaan.

Analisis Puisi:
Puisi "Dalam Doaku" karya Sapardi Djoko Damono merupakan karya sastra yang penuh dengan metafora dan bahasa puitis yang kaya. Puisi ini menggambarkan keberagaman bentuk dan perasaan dalam doa, serta menyiratkan hubungan yang mendalam antara penyair dan Tuhan.

Subuh yang Menjelma Langit: Puisi dimulai dengan gambaran tentang subuh yang menjelma langit. Langit yang tidak pernah memejamkan mata sepanjang malam menjadi metafora bagi keagungan dan keabadian Tuhan. Waktu subuh yang menjadi awal hari juga dapat diartikan sebagai awal harapan dan keberkahan.

Pucuk-Pucuk Cemara di Atas Kepala: Metafora pucuk-pucuk cemara yang senantiasa hijau dan mengajukan pertanyaan muskil kepada angin menggambarkan keingintahuan dan kerinduan akan pemahaman yang lebih dalam tentang hidup. Cemara yang hijau juga dapat melambangkan keabadian dan kesuburan.

Burung Gereja dalam Gerimis: Gambaran burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis memberikan nuansa keromantisan dan kelembutan. Bulu-bulu bunga jambu yang gugur mungkin melambangkan keindahan yang sementara dan kerapuhan kehidupan.

Angin Maghrib yang Menyentuh Pipi dan Bibir: Deskripsi tentang angin maghrib yang turun perlahan dan menyentuh berbagai bagian wajah memberikan kesan kelembutan dan keintiman hubungan dengan Tuhan. Angin yang bersentuhan dengan mata, bibir, dan rambut menciptakan pengalaman sensorial yang mendalam.

Denyut Jantung Malam: Dalam doa malam, penyair menggambarkan Tuhan menjelma sebagai denyut jantungnya. Metafora ini menciptakan gambaran keintiman dan kesetiaan, di mana Tuhan dianggap sebagai kekuatan yang terus-menerus mendukung dan menuntun hidup.

Cinta dan Doa untuk Keselamatan: Puisi ditutup dengan pengakuan cinta penyair kepada Tuhan dan tekad untuk terus mendoakan keselamatan-Nya. Pernyataan ini mencerminkan hubungan spiritual yang kuat dan keyakinan akan pentingnya doa sebagai ungkapan cinta dan kepedulian.

Gaya Bahasa dan Imaji: Sapardi Djoko Damono menggunakan gaya bahasa yang kaya dengan penggunaan metafora dan imaji yang kuat. Pilihan kata-kata yang indah dan ekspresif menciptakan nuansa keagungan, kelembutan, dan keintiman dalam setiap bait puisi.

Dengan menyelami makna setiap bait, pembaca dapat merasakan kekayaan makna dan mendalamnya hubungan spiritual yang dijelaskan dalam puisi ini. "Dalam Doaku" tidak hanya sekadar rangkaian kata-kata puitis, melainkan sebuah pengalaman batin yang membangkitkan perenungan akan hubungan manusia dengan Tuhan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Dalam Doaku
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.