Puisi: Iklan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Iklan" karya Sapardi Djoko Damono merenungkan bagaimana iklan memengaruhi perilaku dan pemikiran seseorang.
Iklan


Ia penggemar berat  iklan. “Iklan itu sebenar-benar hiburan,” kata lelaki itu. “Siaran berita dan cerita itu
sekedar selingan.” Ia tahan seharian di depan televisi. Istrinya suka menyediakan kopi dan kadang-kadang kacang atau kentang goreng untuk menemaninya mengunyah iklan.

Anak perempuannya suka menatapnya aneh jika ia menirukan lagu iklan supermi — kepalanya bergoyang-goyang dan matanya berbinar-binar. Anak lelakinya sering memandangnya curiga jika ia tertawa melihat badut itu mengiklankan sepatu sandal — kakinya digerak-gerakkannya ke kanan-kiri. Dan istrinya suka tidak paham jika ia mendadak terbahak-bahak ketika menyaksikan iklan tentang kepedulian sosial itu — dua tangannya terkepal dan dihentak-hentakkannya.

Lelaki itu meninggal seminggu yang lalu; konon yang terakhir diucapkannya sebelum “Allahuakbar” adalah “Hidup Iklan!” Sejak itu istrinya gemar duduk di depan televisi, bersama anak-anaknya, menebak-nebak iklan mana gerangan yang menurut dokter itu telah menyebabkannya begitu bersemangat sehingga jantungnya mendadak berhenti.


Sumber: Ayat-Ayat Api (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Iklan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang unik yang menggambarkan hubungan tokoh utama dengan iklan dalam kehidupannya. Puisi ini merenungkan bagaimana iklan memengaruhi perilaku dan pemikiran seseorang.

Penggemar Iklan: Puisi ini memperkenalkan tokoh utama, seorang lelaki yang menjadi penggemar berat iklan. Ia memandang iklan sebagai bentuk hiburan yang lebih menarik daripada siaran berita atau cerita lainnya. Hal ini mencerminkan bagaimana iklan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya konsumen modern.

Siaran TV Sebagai Hiburan: Puisi ini menggambarkan betapa lelaki ini dapat menghabiskan sepanjang hari di depan televisi, menonton iklan sebagai bentuk hiburan. Ini mencerminkan bagaimana media, terutama televisi, telah menjadi pusat hiburan dan bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak orang.

Interaksi dengan Keluarga: Puisi ini menggambarkan bagaimana perilaku lelaki ini memengaruhi interaksinya dengan keluarganya. Anak-anaknya menanggapi dengan beragam perasaan terhadap perilaku lucu sang ayah ketika menirukan iklan, mengejeknya, atau bahkan tidak memahami mengapa iklan bisa begitu menghiburnya. Ini menunjukkan dampak iklan pada berbagai generasi dan bagaimana masing-masing anggota keluarga meresponsnya secara berbeda.

Kematian dan Obsesi dengan Iklan: Puisi ini mencapai puncak ceritanya dengan kematian tokoh utama. Ketika dia mengucapkan "Allahuakbar" (Allah Maha Besar) menjelang kematiannya, kata-kata terakhirnya adalah "Hidup Iklan!" Hal ini menciptakan kontras antara ketulusan agama dan obsesi yang luar biasa dengan iklan. Pesan terakhirnya menekankan betapa kuatnya pengaruh iklan dalam kehidupannya.

Efek Terhadap Keluarga: Setelah kematiannya, puisi ini menunjukkan bahwa istri dan anak-anaknya masih terpaku oleh iklan, mencoba untuk mengidentifikasi iklan mana yang bisa menjadi pemicu semangat tinggi yang mengakibatkan kematian sang suami. Ini mencerminkan bagaimana iklan dapat memengaruhi emosi, bahkan setelah seseorang meninggal.

Puisi "Iklan" menggambarkan pengaruh kuat iklan dalam budaya konsumen modern. Ia menyelidiki bagaimana iklan dapat memengaruhi perilaku, hiburan, dan bahkan pemaknaan hidup seseorang. Dalam puisi ini, iklan menjadi sebuah simbol yang menciptakan kontras antara obsesi dunia materi dengan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Iklan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.