Puisi: Jangan Ceritakan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Jangan Ceritakan" karya Sapardi Djoko Damono mengundang pembaca untuk merenungkan berbagai elemen alam dan sensasi alam yang unik.
Jangan Ceritakan

bibir-bibir bunga yang pecah-pecah
mengunyah matahari,
jangan ceritakan padaku tentang dingin
yang melengking malam-malam – lalu mengembun.

1971

Sumber: Horison (Januari, 1974)

Catatan:
Puisi Jangan Ceritakan kemudian hari dimasukkan ke dalam buku Hujan Bulan Juni (1994).

Analisis Puisi:
Puisi "Jangan Ceritakan" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang singkat namun sarat makna. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan berbagai elemen alam dan sensasi alam yang unik.

Pemandangan Alam: Puisi ini membuka dengan deskripsi bibir-bibir bunga yang "mengunyah matahari." Ini adalah gambaran visual yang kuat yang menghadirkan citra bunga yang menyerap panas matahari. Gambar ini menciptakan suasana yang cerah dan hidup dalam pikiran pembaca.

Larangan Cerita Dingin: Judul puisi, "Jangan Ceritakan," menegaskan permintaan atau instruksi kepada pembaca. Penyair mengajak kita untuk tidak bercerita atau membahas tentang "dingin yang melengking malam-malam – lalu mengembun." Ini adalah pemahaman subjektif yang sangat terbuka terhadap interpretasi. "Dingin" dapat menggambarkan perasaan kesepian, ketidaknyamanan, atau mungkin pengalaman yang tidak diinginkan dalam hidup.

Personifikasi: Penyair memberikan sifat manusia pada alam dengan menggambarkan bibir bunga yang "mengunyah matahari." Ini adalah contoh personifikasi, yaitu memberikan sifat manusiawi pada objek atau makhluk non-manusiawi, yang menciptakan gambaran visual yang kuat.

Penyiraman Emosi: Meskipun puisi ini pendek, ia berhasil mengekspresikan emosi yang kuat, yang memungkinkan pembaca merasakan dan merenungkan apa yang mungkin dirasakan oleh penyair. Ini bisa termasuk perasaan keinginan untuk menjauhkan diri dari pengalaman yang tidak diinginkan atau merasa takut atau tidak nyaman dengan berbagai aspek kehidupan.

Kemampuan Merenung: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pesan yang lebih dalam. Tidak menggambarkan situasi atau kejadian tertentu dengan jelas, tetapi lebih kepada pemahaman emosi dan pengalaman manusia yang bersifat universal.

Puisi "Jangan Ceritakan" adalah contoh bagus dari cara seorang penyair bisa menciptakan makna dan mengekspresikan perasaan melalui bahasa yang metaforis dan tidak langsung. Puisi ini memanfaatkan citra alam untuk menyampaikan pesan tentang perasaan dan pengalaman manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Jangan Ceritakan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.