Puisi: Kelereng (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Kelereng" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan pengalaman seorang anak laki-laki yang kehilangan salah satu kelerengnya dan ...
Kelereng


Kalah main, kelerengku tinggal lima butir. Aku anak laki-laki tidak boleh menangis, kata Ibu. Kupungut
kelereng itu satu demi satu, kumasukkan ke saku. Di jalan pulang, selalu kuraba-raba sebab khawatir kalau-kalau ada yang terjatuh dari lubang kantung celanaku.

Ketika mau belajar, selesai makan malam, kudapati kelerengku berkurang satu. Kutaruh semua yang sisa di atas meja, tak ada lagi yang bulat sempurna sebab seharian berbenturan dengan sesama, tetapi di mana gerangan kelerengku yang belimbing, yang warnanya biru? Aku anak laki-laki, tidak berhak menangis, kata Ibu.

Aku boleh saja tak peduli, tetapi kelerengku yang lain -- yang bintik-bintik, yang belimbing coklat, yang susu, dan yang loreng merah hijau -- akan selalu bertanya padaku di mana gerangan temannya yang satu itu. Itu sebabnya aku harus mencarinya, tetapi ke mana aku tak tahu.


Sumber: Ayat-Ayat Api (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Kelereng" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang sederhana tetapi sarat dengan makna dan emosi. Puisi ini menggambarkan pengalaman seorang anak laki-laki yang kehilangan salah satu kelerengnya dan perasaannya terhadap kehilangan tersebut.

Kehilangan dan Kesedihan: Puisi ini menggambarkan perasaan kehilangan yang dirasakan oleh anak laki-laki tersebut. Kelereng bukan sekadar mainan baginya; mereka mewakili sesuatu yang penting dan berharga. Kehilangan satu kelereng membuatnya merasa sedih, tetapi dia tahu bahwa sebagai seorang anak laki-laki, dia tidak boleh menangis.

Konflik Internal: Puisi ini menciptakan konflik internal dalam diri anak laki-laki tersebut. Dia merasa harus kuat dan tidak menangis, tetapi dalam hatinya, dia merasa kesedihan yang mendalam atas kehilangan kelerengnya yang biru. Konflik ini mencerminkan banyak konflik internal yang dialami oleh anak-anak ketika mereka belajar menghadapi emosi mereka.

Simbolisme Kelereng: Kelereng dalam puisi ini bisa dianggap sebagai simbol berbagai hal. Mereka mungkin mewakili masa kecil, kepolosan, atau bahkan persahabatan. Kehilangan satu kelereng bisa mencerminkan kehilangan salah satu aspek penting dalam kehidupannya.

Hubungan dengan Teman-Teman: Anak laki-laki ini merasa terikat pada kelereng-kelerengnya dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mencarinya. Ini bisa mencerminkan hubungannya dengan teman-teman di kehidupan nyata, di mana dia merasa bertanggung jawab atas persahabatan dan kebersamaan.

Resolusi yang Tidak Pasti: Puisi ini mengakhiri dengan anak laki-laki tersebut mencari kelereng yang hilang, tetapi dia tidak tahu di mana harus mencarinya. Ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan rasa tidak selesai, yang mencerminkan bahwa dalam hidup, tidak semua masalah memiliki resolusi yang mudah.

Puisi "Kelereng" menggambarkan perasaan dan pengalaman seorang anak laki-laki yang kehilangan sesuatu yang penting baginya dan bagaimana dia merespons perasaan tersebut. Puisi ini mengingatkan kita tentang kerumitan perasaan anak-anak dan bagaimana mereka belajar menghadapi emosi mereka dalam kehidupan mereka yang masih berkembang.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Kelereng
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.