Puisi: Menumbuk Padi (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Menumbuk Padi" karya Sanusi Pane menciptakan gambaran yang puitis tentang kegiatan sehari-hari, tetapi di dalamnya menyelipkan nuansa ....
Menumbuk Padi


Dalam caya bulan purnama,
Anak dara menumbuk padi,
Alu arah lesung bersama,
Naik turun berganti-ganti.

Badan ramping tunduk berdiri
Dengan gerak manis selalu,
Muka cantik berseri-seri;
Berat kerja mengangkat alu.

Datang berombak suara salung,
Cinta berahi cinta kandung,
Hendak mengambil hati perawan.

Sebentar berhenti anak dara
Menumbuk padi, mendengar suara,
Tersenyum simpul memandang kawan.


Sumber: Puspa Mega (1927)

Analisis Puisi:
Puisi "Menumbuk Padi" karya Sanusi Pane menciptakan gambaran yang puitis tentang kegiatan sehari-hari, tetapi di dalamnya menyelipkan nuansa keindahan dan romantisme.

Lingkungan dan Waktu: Puisi dimulai dengan suasana "bulan purnama," menciptakan gambaran malam yang indah dan tenang. Aktivitas menumbuk padi dilakukan pada malam hari, yang dapat memberikan nuansa romantis pada adegan tersebut.

Aktivitas Sehari-hari: Menumbuk padi adalah kegiatan sehari-hari yang sangat sederhana dan bersahaja. Namun, penyair berhasil mengangkat kegiatan tersebut menjadi sesuatu yang memiliki keindahan dan makna lebih dalam, terutama ketika dilakukan oleh seorang anak dara.

Imaji Perempuan: Gambaran seorang anak dara yang menumbuk padi disajikan dengan indah dan puitis. Deskripsi tentang tubuh ramping, gerakan manis, muka cantik, dan senyuman simpul menunjukkan pemikiran penyair tentang kecantikan dan daya tarik perempuan.

Alat dan Gerakan: Penggunaan alat tradisional seperti alu dan lesung menciptakan suasana tradisional yang kental. Gerakan naik turun anak dara yang memukul padi menciptakan ritme dalam puisi, memberikan kesan bahwa aktivitas ini memiliki keindahan tersendiri.

Suara dan Romantisme: Suara yang dihasilkan dari aktivitas menumbuk padi diiringi oleh "ombak suara salung." Ini menciptakan kesan bahwa suara ini bukan hanya suara pekerjaan, tetapi juga suara romantis yang dapat membangkitkan perasaan cinta.

Konflik dan Hasrat: Penyair menyinggung konflik dan hasrat melalui baris-baris yang menciptakan gambaran cinta dan ketertarikan antara anak dara dan kawan-kawannya yang turut serta dalam aktivitas ini.

Kesan Akhir: Puisi berakhir dengan anak dara yang sebentar berhenti dan tersenyum melihat kawannya. Ini memberikan kesan bahwa keindahan terdapat dalam momen-momen sederhana, dan bahwa kebersamaan dan kegembiraan bisa ditemukan dalam aktivitas sehari-hari.

Puisi "Menumbuk Padi" bukan hanya sekadar deskripsi kegiatan sederhana, tetapi sebuah karya seni yang menciptakan gambaran puitis tentang keindahan, romantisme, dan kehidupan sehari-hari. Sanusi Pane berhasil menghadirkan kecantikan dalam kesederhanaan aktivitas tersebut, dan menciptakan puisi yang memikat dan menggugah perasaan pembaca.

Sanusi Pane
Puisi: Menumbuk Padi
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.