Puisi: Munajat Kaum Binatang (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Munajat Kaum Binatang" menyoroti ketidakadilan yang dilakukan manusia terhadap makhluk lain di planet ini. Melalui suara binatang-binatang ...
Munajat Kaum Binatang

Syahdan;
Di suatu malam yang senyap
ketika malaikat rahmat turun menawarkan ampunan
dan sekalian manusia lelap,
Para binatang dari berbagai etnis dan golongan
yang masih tersisa di muka bumi 
dari golongan binatang buas, binatang air, unggas
ternak, serangga, dan segenap binatang melata
diam-diam berkumpul di padang gersang terbuka
yang dahulu merupakan rimba belantara
tempat tinggal mereka
untuk membicarakan nasib mereka
kaitannya dengan kelakuan dan perlakuan manusia
yang kezalimannya semakin merajalela.

Dalam pertemuan akbar masyarakat binatang itu
semua kelompok menyampaikan keluhan yang sama.
domba, kambing, buaya, ular, tikus, anjing dan kecoak misalnya
menyatakan bahwa selain dilalimi,
selama ini nama mereka
telah digunakan dan dinodai oleh manusia
dengan semena-mena.

Setelah semua menyampaikan keluhannya
tentang nasib mereka yang kian sengsara akibat ulah manusia
dan mengakui ketidakberdayaan mereka
akhirnya disepakati saat ini juga
mengadukan ihwal mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Demikianlah;
Onta yang mereka tunjuk memimpin doa
dengan khusyuk mulai memanjatkan munajatnya
dan sekalian binatang mengamininya

"Ya Allah ya Tuhan kami;
Ampunilah kami.
Malam ini kami yang masih tersisa dari makhluk binatang
berkumpul menyampaikan
keluhan kami kepada-Mu – kepada siapa lagi kami mengeluh
kalau bukan kepada-Mu —
dan ampunilah kami bila kami tergesa-gesa
menyampaikan munajat kami ini.
Sebelum kaum manusia yang Engkau angkat menjadi khalifah-Mu
memergoki dan menghabisi kami, perkenankanlah
Kami menyampaikan jeritan kami.
Istighatsah kami.

Ya Allah ya Tuhan Yang Maha Mengetahui;
Karena Engkau, selama ini kami siap mengabdi
dan rela berkurban untuk manusia.
Tapi manusia atas nama khalifah dengan sewenang-wenang
melalimi kami.
Mereka jarah tempat tinggal kami
atau memorak-porandakannya
Mereka rampok makanan kami
atau menghancurkannya
Mereka rebut peran kami
atau menghentikannya
Mereka saingi naluri kami
atau mengalahkannya
Mereka santap keturunan kami
atau memusnahkannya.

Mereka rampas kehidupan kami
Sebelum sempat kami nikmati.

Engkau beri mereka kekuasaan atas dunia
Namun mereka membiarkan diri mereka dikuasai dunia.
Maka semakin hari
kelaliman dan keisengan mereka semakin menjadi-jadi.

Puji-syukur bagi-Mu ya Tuhan
Engkau telah menghajar mereka
Melalui tangan-tangan mereka sendiri
Mereka kini panik dan di antara mereka bahkan menjadi kalap
Dengan bangga mereka saling terkam dan saling basmi
Mencabik-cabik kemanusiaan mereka sendiri
Dan kami pun semakin tidak bisa mengenali mereka
karena mereka sudah sama dengan kami.
Bahkan dalam banyak hal mereka melebihi kami sendiri

Ya Allah ya Tuhan yang Maha Adil
Kami akui kadang-kadang kami saling terkam dan memangsa
Namun Engkau tahu karena kami terpaksa.
Bukan karena kerakusan dan kebencian.
Di antara kami memang ada yang kejam,
tapi kami tidak membakar, menyiksa,
dan sengaja memusnahkan
Karena kami tahu itu hak-Mu semata.
Mereka bahkan dengan berani membawa-bawa nama-Mu
untuk menghancurkan nilai-nilai ajaran-Mu yang mulia
Atas nama-Mu mereka meretas tali persaudaraan
Yang Engkau suruh jalin
Atas nama-Mu mereka mengobarkan kebencian
Yang Engkau benci.

Ya Allah ya Tuhan kami yang Maha Bijaksana
Kini di kalangan manusia ada juga yang berdoa
dan melakukan istighatsah
Karena merasa resah
Tapi apakah ada yang benar-benar merasa bersalah?
Mereka tidak malu terus meminta kepada-Mu
Padahal segala yang mereka perlukan --
yang mereka minta atau tidak mereka minta --
terus Engkau limpahkan kepada mereka
dan mereka nikmati tanpa mereka syukuri.
Ya Allah ya Tuhan kami yang Maha Pengasih
Kamilah yang lebih pantas melakukan istighatsah
Karena kami adalah makhluk-Mu yang paling kalah.

Ya Allah ya Tuhan Yang Maha Murah;
Kami tidak meminta apa pun untuk diri kami
Kami sudah puas dengan apa yang Engkau anugerahkan kepada kami
Kami hanya meminta untuk kebaikan khalifah-Mu
Karena hanya dengan kebaikan mereka
Kami dapat dengan tenang bersujud dan bertasbih kepada-Mu.

Kami memohonkan ampunan untuk mereka
Terutama untuk mereka yang tidak merasa perlu
memohon ampunan karena tidak merasa bersalah
atau tidak merasa malu.
Ya Tuhan,
Jangan terus Engkau biarkan kalbu mereka
tertutup noda-noda dosa
Sehingga nafsu menguasai mereka
dan mengaburkan pandangan jernih mereka
Ya Tuhan,
Sadarkanlah mereka akan hakikat kehambaan dan kekhalifahan mereka
agar mereka tetap rendah hati meski berkuasa
agar mereka tidak terus asyik hanya dengan diri mereka sendiri
agar nurani mereka tak terkalahkan oleh hawa nafsu dan setan
agar kasih sayang mereka tak terkalahkan oleh dendam dan kebencian
agar mereka tidak menjadi laknat dan benar-benar menjadi rahmat
bagi alam semesta.

Ataukah Engkau ya Tuhan
Memang hendak mengganti mereka
Dengan generasi yang lebih beradab?

Amin.

Sumber: Negeri Daging (2002)

Catatan:
Puisi Munajat Kaum Binatang ini dibacakan KH. A. Musthofa Bisri dalam Pidato Budaya Gus Mus yang diselenggarakan pada peringatan harlah ke-79 GP Ansor di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto Kavling 37, Kuningan Timur, Jakarta Selatan.

Analisis Puisi:
Mustofa Bisri, melalui puisi "Munajat Kaum Binatang," menggambarkan suasana sebuah perjumpaan akbar yang dilakukan oleh berbagai jenis binatang. Puisi ini menjadi semacam representasi suara dari alam binatang yang diam-diam mengeluhkan perlakuan manusia terhadap mereka.

Adegan Perjumpaan Binatang

  • Kritik atas Perlakuan Manusia: Dalam perjumpaan tersebut, binatang-bintang dari berbagai etnis menyampaikan keluhan terhadap perlakuan manusia yang semena-mena dan memanfaatkan mereka tanpa belas kasihan. Dalam kehidupan nyata, manusia seringkali merusak habitat binatang, merampas sumber daya mereka, dan menggunakan kekuasaan mereka untuk menindas makhluk lain.

Doa dan Pengaduan Kepada Tuhan

  • Doa untuk Ampunan: Binatang-binatang ini berdoa dan mengadu kepada Tuhan atas perlakuan manusia terhadap mereka. Mereka memohon ampunan dan menyerahkan segala keluh kesah mereka, sambil memohon kebaikan manusia sebagai khalifah Tuhan.
  • Kritik Terhadap Manusia: Doa binatang ini merupakan refleksi bahwa, meskipun binatang seringkali saling berkompetisi dan terkadang saling memangsa, mereka tidak bertindak semena-mena terhadap alam sekitar. Di sisi lain, manusia, yang seharusnya sebagai makhluk yang lebih beradab, seringkali melanggar prinsip keadilan dan menghancurkan lingkungan hidup mereka.
Puisi ini menyoroti ketidakadilan yang dilakukan manusia terhadap makhluk lain di planet ini. Melalui suara binatang-binatang yang mengeluh dan berdoa, penyair mencoba membangunkan kesadaran akan perlakuan tidak adil terhadap lingkungan dan kebutuhan akan kebaikan manusia sebagai khalifah Tuhan. Mustofa Bisri menyampaikan pesan moral yang dalam tentang perlunya menjaga harmoni antara manusia dan alam semesta demi kesinambungan kehidupan.

Mustofa Bisri
Puisi: Munajat Kaum Binatang
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.