Puisi: Negeri Haha Hihi (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Negeri Haha Hihi" karya Mustofa Bisri adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia.
Negeri Haha Hihi

Bukan karena banyaknya grup lawak,
maka negeriku selalu kocak
Justru grup-grup lawak hanya mengganggu
dan banyak yang bikin muak
Negeriku lucu, dan para pemimpinnya suka mengocok perut.

Banyak yang terus pamer kebodohan
dengan keangkuhan yang menggelikan
Banyak yang terus pamer keberanian
dengan kebodohan yang mengharukan
Banyak yang terus pamer kekerdilan
dengan teriakan yang memilukan
Banyak yang terus pamer kepengecutan
dengan lagak yang memuakkan. Haha ...

Penegak keadilan jalannya miring
Penuntut keadilan kepalanya pusing
Hakim main mata dengan maling
Wakil rakyat baunya pesing. Hihi ...

Kalian jual janji-janji
untuk menebus kepentingan sendiri
Kalian hafal pepatah-petitih
untuk mengelabui mereka yang tertindih
Pepatah petitih, haha ...

Anjing menggonggong kafilah berlalu, 
Sambil menggonggong kalian terus berlalu.

Haha, hihi ...
Ada udang di balik batu,
Otaknya udang kepalanya batu.
Haha, hihi
Sekali dayung dua pulau terlampaui,
Sekali untung dua pulau terbeli.
Haha, hihi
Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
kalian mati meninggalkan hutang.
Haha, hihi
Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri,
Lebih baik yuk hujan-hujanan caci maki.
Haha, hihi.

Sumber: Negeri Daging (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Negeri Haha Hihi" karya Mustofa Bisri adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia. Penyair menggunakan gaya satir dan ironi untuk menyampaikan pesan kritisnya.

Satire Terhadap Politik dan Pemimpin: Puisi ini menyindir para pemimpin dan politisi yang dianggap melakukan tindakan bodoh, angkuh, dan menggelikan. Pemakaian "Negeri Haha Hihi" menunjukkan ironi terhadap situasi yang seharusnya serius.

Kritik Terhadap Pamer Kebodohan: Penyair mengkritik perilaku beberapa individu yang terus-menerus memamerkan kebodohan mereka dengan angkuh. Pameran kebodohan ini dianggap menggelikan dan merugikan bagi kemajuan bangsa.

Ironi terhadap Keadilan dan Kepemimpinan: Dalam bait-bait tertentu, puisi menggambarkan ketidakadilan dalam sistem peradilan dan kepemimpinan. Ironisnya, penegak keadilan malah terlibat dalam tindakan yang mencurigakan.

Pepatah dan Petitih Sebagai Alat Penipuan: Puisi menyinggung penggunaan pepatah dan petitih sebagai alat untuk mengecoh dan mengelabui rakyat. Hal ini mencerminkan ketidakjujuran dan manipulasi yang dilakukan oleh penguasa.

Analogi dan Perumpamaan yang Mengena: Menggunakan analogi seperti "Anjing menggonggong kafilah berlalu" menunjukkan ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi pemerintah yang korup. Perumpamaan "Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, kalian mati meninggalkan hutang" menciptakan gambaran keadaan yang memprihatinkan.

Sarkasme terhadap Pembelaan yang Tidak Logis: Sarkasme muncul melalui pernyataan "Sekali dayung dua pulau terlampaui, Sekali untung dua pulau terbeli" yang merendahkan kebijakan yang dianggap tidak masuk akal.

Kritik terhadap Pemborosan dan Keterpurukan Ekonomi: Puisi menyentuh isu ekonomi dengan menyindir pemborosan dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi, seperti dalam baris "Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri."

Tertawa dalam Keterpurukan: Penggunaan "Haha Hihi" menyoroti paradoks bahwa, meskipun negeri sedang mengalami kesulitan, pemimpin dan elit politik justru terus tertawa dan merayakan kepentingan mereka sendiri.

Puisi "Negeri Haha Hihi" adalah bentuk ekspresi penolakan dan kekecewaan penyair terhadap keadaan sosial dan politik di negerinya. Dengan menggunakan satir dan ironi, Mustofa Bisri berhasil menyampaikan pesan kritisnya secara efektif, memotret realitas yang pahit dengan bahasa yang tajam dan memikat.

Mustofa Bisri
Puisi: Negeri Haha Hihi
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.