Puisi: Pada Suatu Magrib (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Pada Suatu Magrib" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang kerumitan dan ketidakpastian ...
Pada Suatu Magrib


Susah benar menyeberang jalan di Jakarta ini;
hari hampir magrib, hujan membuat segalanya tak tertib.
Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini,
Astagfirullah! Rasanya di mana-mana ajal mengintip


Sumber: Arloji (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Magrib" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang kerumitan dan ketidakpastian kehidupan perkotaan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun efektif, puisi ini menggambarkan perasaan ketidaknyamanan dan refleksi atas usia yang semakin tua.

Tema: Tema utama dalam puisi ini adalah refleksi tentang kehidupan perkotaan yang sibuk, ketidakpastian, dan perasaan takut terhadap kematian.

Pesan Sentral: Pesan yang diungkapkan dalam puisi ini adalah bagaimana kehidupan perkotaan, terutama di Jakarta, seringkali terasa rumit dan tidak teratur. Ketika menghadapi hujan dan menyeberang jalan, pelukisan suasana seolah-olah mencerminkan perasaan sulitnya menghadapi tantangan hidup. Selain itu, puisi ini juga menggambarkan perenungan seorang individu yang menyadari bahwa usianya semakin tua, dan ketidakpastian serta kematian selalu mengintai.

Bahasa dan Gaya Sastra: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun memikat. Gaya sastra yang khas adalah penggunaan kontras antara situasi eksternal yang umum (hujan dan menyeberang jalan) dengan perenungan internal yang penuh makna (refleksi tentang usia dan kematian). Ini menciptakan perasaan mendalam yang terpancar dari kalimat-kalimat sederhana.

Imaji dan Simbolisme: Imaji hujan dan suasana magrib menciptakan gambaran yang khas dari kehidupan perkotaan dan suasana yang gelap dan suram. Simbolisme usia yang hampir mencapai enam puluh tahun dan intipan ajal menggambarkan perasaan takut dan refleksi atas waktu yang terus berlalu.

Struktur Puisi: Puisi ini terdiri dari empat baris dalam satu bait. Meskipun pendek, puisi ini berhasil mengungkapkan perasaan dan pemikiran yang dalam.

Analisis Baris per Baris:
  • "Susah benar menyeberang jalan di Jakarta ini;": Baris pertama langsung memperkenalkan pembaca pada suasana di Jakarta, dengan menggambarkan kesulitan dalam menyeberang jalan yang sibuk.
  • "hari hampir magrib, hujan membuat segalanya tak tertib.": Baris ini menciptakan suasana dan kondisi cuaca yang suram dan kacau, menggambarkan suasana yang tidak teratur dan sulit.
  • "Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini,": Baris ini memperkenalkan elemen refleksi atas usia yang hampir mencapai enam puluh tahun, menciptakan kontras dengan keadaan luar.
  • "Astagfirullah! Rasanya di mana-mana ajal mengintip": Baris terakhir mengekspresikan perasaan takut dan kematian yang selalu mengintai, menciptakan akhir yang kuat dan menggugah.
Puisi "Pada Suatu Magrib" karya Sapardi Djoko Damono menciptakan gambaran tentang suasana perkotaan yang sulit dan kacau, serta menggambarkan perenungan atas usia dan kematian. Dengan menggunakan bahasa sederhana namun efektif, puisi ini membangkitkan perasaan ketidaknyamanan dan refleksi yang mendalam, serta mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan tantangan kehidupan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Pada Suatu Magrib
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.