Puisi: Poster Setengah Telanjang (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Poster Setengah Telanjang" karya Joko Pinurbo menggambarkan situasi yang unik dan memadukan elemen humor, sensualitas, dan kritik sosial.
Poster Setengah Telanjang
untuk AM

Si kecil yang suka makan es krim itu sudah besar
dan perawan, sudah tidak pemalu dan ingusan.
Ia gemar melucu dan pintar juga menggodamu.
"Kau penyair ya? Kutahu itu dari kepalamu
yang botak dan licin seperti semangka."

Kau tergoda dan ingin lebih lama terpana
ketika matanya mengerjap dan bulan muncrat
di atas rambutnya yang hitam pekat.

Malam heboh sekali.
Orang-orang mulai resah menunggu kereta.
"Perempuan, kau mau ikut?"
"Emoh ah," katanya.

Kereta sudah siap.
Para pelayat berjejal di dalam gerbong
sambil melambai-lambaikan bendera.
"Perempuan, ikutlah bersama kami.
Kita akan pergi menyambut revolusi."

"Ah, revolusi. Revolusi telah kulipat
dan kuselipkan ke dalam beha."

"Lancang benar ia. Berani menantang kita
dengan senyumnya yang sangat subversif.
Ia sungguh berbahaya."

Lonceng terakhir telah selesai menyanyikan
"Sepasang Mata Bola”". Tinggallah malam
yang redam, langit yang diam.
Tinggallah airmata yang menetes pelan
ke dalam segelas bir yang menempel pada dada
yang setengah terbuka, setengah merdeka.


1997

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Poster Setengah Telanjang" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang penuh dengan imajinasi dan penggunaan bahasa yang kreatif. Puisi ini menggambarkan situasi yang unik dan memadukan elemen-elemen humor, sensualitas, dan kritik sosial.

Judul Puisi: Judul "Poster Setengah Telanjang" memberikan petunjuk tentang apa yang akan dijelaskan dalam puisi ini. Ini menciptakan ekspektasi pembaca tentang gambaran yang provokatif atau kontroversial.

Karakter Utama: Puisi ini memperkenalkan seorang karakter, "si kecil yang suka makan es krim," yang digambarkan sebagai sosok yang telah beranjak dewasa. Penyair merinci bagaimana karakter ini telah berubah dari masa kecilnya.

Humor dan Ironi: Penyair menggunakan humor dan ironi dalam menjelaskan situasi di dalam puisi. Misalnya, ketika karakter perempuan merespons kepala penyair yang botak dengan mengatakan bahwa dia tahu penyair adalah seorang penyair dari kepala botaknya yang mirip semangka.

Sensualitas: Puisi ini mengandung elemen sensualitas, terutama dalam deskripsi karakter perempuan yang menggoda. Ada permainan kata yang merujuk pada daya tarik fisiknya.

Kritik Sosial: Terdapat kritik sosial tersirat dalam puisi ini ketika karakter perempuan menolak tawaran untuk bergabung dalam perjalanan "revolusi." Dia bahkan mengatakan bahwa dia sudah melipat dan menyelipkan revolusi ke dalam beha-nya. Ini bisa dianggap sebagai komentar tentang bagaimana beberapa orang mungkin memandang serampangan terhadap isu-isu sosial yang serius.

Simbolisme: Lonceng terakhir yang menyanyikan "Sepasang Mata Bola" dapat dianggap sebagai simbol dari akhir kegembiraan dan mungkin awal dari refleksi yang lebih dalam tentang realitas sosial.

Puisi "Poster Setengah Telanjang" adalah karya yang unik dan kreatif yang menggabungkan elemen-elemen humor, sensualitas, dan kritik sosial. Penyair menciptakan gambaran yang berwarna-warni tentang karakter perempuan dalam situasi yang provokatif, tetapi juga meresapi puisi dengan lapisan-lapisan makna yang lebih dalam yang memancing pemikiran pembaca tentang berbagai isu sosial dan manusia dalam situasi tertentu.

Puisi: Poster Setengah Telanjang
Puisi: Poster Setengah Telanjang
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.