Puisi: Pulang Rinduku yang Penuh (Karya Joko Pinurbo)

Dalam puisi "Pulang Rinduku yang Penuh", Joko Pinurbo berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang kerinduan yang mendalam dan harapan yang tak ...
Pulang Rinduku yang Penuh


Pecah di atas jalanan macet
sebelum aku tiba di ambang ambungmu.

Kegembiraanku sudah mudik duluan,
aku menyusul kemudian.
Judul sajakku sudah pulang duluan,
baris-baris sajakku
masih berbenah di perjalanan.

Bau sambal dan ikan asin dari dapurmu
membuat jidat yang capai,
dompet yang pilu, dan punggung 
yang dicengkeram linu, uwuwuwu....

Semoga lekas lerai.
Semoga lekas sampai.

Jika nanti air mataku terbit di matamu
dan air matamu terbenam di mataku,
maaf selesai dan cinta kembali mulai.


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Pulang Rinduku yang Penuh" karya Joko Pinurbo menghadirkan perasaan rindu yang mendalam dan harapan yang penuh dalam ungkapan yang sederhana namun kuat. Puisi ini memperlihatkan keindahan dalam kata-kata yang dipilih dengan hati-hati, menciptakan gambaran yang kuat tentang kerinduan dan harapan.

Puisi ini dimulai dengan ungkapan tentang kehancuran di jalanan yang macet sebelum penulis tiba di tempat tujuan, yang mungkin adalah tempat yang dituju adalah rumah orang yang dicintai. Namun, meskipun ada hambatan dan kesulitan dalam perjalanan, penulis tetap memiliki kegembiraan yang tulus dan berharap untuk segera bertemu dengan orang yang dikasihinya. Hal ini mencerminkan perasaan tak sabar dan antusiasme yang melanda saat pulang ke tempat yang disayangi.

Penulis menggunakan metafora yang indah untuk menyampaikan perasaannya. Ia menyatakan bahwa kegembiraannya telah "mudik duluan" dan dia hanya perlu menyusul. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan rindunya begitu kuat sehingga kegembiraan sudah melebihi kehadirannya sendiri.

Pada bagian selanjutnya, penulis menyebutkan bau sambal dan ikan asin dari dapur orang yang dia rindukan. Bau-bau tersebut memicu rasa kerinduan yang mendalam dan pada saat yang sama menghadirkan gambaran yang hidup di benak pembaca. Penulis juga menggambarkan kelelahan dan kesedihan yang dirasakannya melalui kata-kata yang digambarkan sebagai "jidat yang capai", "dompet yang pilu", dan "punggung yang dicengkeram linu". Melalui penggunaan kata-kata yang kuat dan deskriptif ini, penulis memperlihatkan beban emosional yang dialaminya karena rindu.

Namun, dalam kegelapan perasaan tersebut, penulis menyematkan harapan yang menghangatkan. Ia mengungkapkan harapan agar beban emosional tersebut segera hilang dan harapannya segera tercapai. Ungkapan "Semoga lekas lerai. Semoga lekas sampai." menggambarkan keinginan penulis agar rindu dan kebahagiaan dapat dipisahkan dari beban dan kesedihan yang dirasakannya.

Puisi ini mencapai puncaknya ketika penulis mengungkapkan harapannya bahwa jika air mata yang mengalir dari matanya bertemu dengan air mata yang terbenam di mata orang yang dicintainya, segala kesedihan akan berakhir dan cinta akan kembali memulai perjalanannya. Ungkapan ini menunjukkan bahwa penulis berharap untuk menyatukan perasaannya dengan orang yang dicintainya dan bahwa kehadiran cinta dapat mengatasi segala kesedihan dan perpisahan.

Dalam puisi "Pulang Rinduku yang Penuh", Joko Pinurbo berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang kerinduan yang mendalam dan harapan yang tak terpisahkan dari perasaan itu. Melalui penggunaan kata-kata yang sederhana namun menggugah, penulis menghadirkan perasaan yang dapat dengan mudah dipahami dan dirasakan oleh pembaca. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kekuatan rindu dan kekuatan harapan dalam menjalin ikatan emosional dengan orang-orang yang dicintai.

Puisi: Pulang Rinduku yang penuh
Puisi: Pulang Rinduku yang penuh
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.