Puisi: Surat Senyap (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Surat Senyap" karya Joko Pinurbo menggambarkan tentang perjumpaan antara manusia dengan takdirnya, dengan bahasa yang kaya akan metafora dan ..
Surat Senyap

Waktumu sebentar lagi habis, hujan.
Malam akan menganga dan kau menjadi gema.

Mula-mula kau berjalan rintik-rintik,
bolak-balik antara kepala dan ujung kaki.
Ketika demam berhembus, kau meluncur deras
diiringi tiga tembakan petir. Hatiku banjir.

Kau membuat kolam di lambungku dan aku
terdiam mendengar kecipak air di kolamku

Kini kau merintik kembali dirintikmu
sebentar lagi sirna. Tinggal gigil penjual sate
yang tiba-tiba berhenti di leherku, mendengar "T"
yang Tuhan serukan di ujung lidahku.

Malam mulai menganga dan kau menjadi gema.

2013

Analisis Puisi:
Puisi "Surat Senyap" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menggambarkan tentang perjumpaan antara manusia dengan takdirnya, dengan bahasa yang kaya akan metafora dan imajinasi. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran hujan dan malam sebagai simbol dari kehidupan dan kematian, serta menggambarkan perasaan manusia yang menghadapi takdirnya dengan tenang dan penerimaan.

Simbolisme Hujan dan Malam: Hujan dan malam digunakan sebagai simbol keberadaan dan takdir manusia. Hujan yang datang dan pergi mencerminkan keberadaan manusia di dunia yang sementara, sementara malam yang menganga mewakili akhir dari kehidupan, atau kematian itu sendiri.

Perjalanan Kehidupan: Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup manusia dari awal hingga akhir. Awalnya, ada keberadaan yang bergerak lincah, seperti rintik hujan yang turun dan menciptakan kolam di lambung. Namun, kemudian ada perubahan yang tak terelakkan, seperti hujan yang berhenti dan malam yang tiba, yang menandakan akhir dari segala sesuatu.

Penerimaan terhadap Takdir: Meskipun puisi ini menggambarkan ketidakpastian dan ketakutan akan kematian, ada juga elemen penerimaan dan ketenangan. Penjual sate yang berhenti di leher, mendengar "T" yang mewakili Tuhan, menggambarkan penerimaan akan takdirnya, serta kesadaran akan kebesaran Tuhan.

Penggunaan Bahasa yang Kaya: Joko Pinurbo menggunakan bahasa yang kaya akan metafora dan imajinasi untuk menggambarkan suasana hati dan perjalanan kehidupan. Dari gambaran hujan yang deras hingga malam yang menganga, pembaca dibawa dalam aliran perasaan yang mendalam.

Refleksi Kemanusiaan: Puisi ini juga mengandung refleksi tentang keadaan kemanusiaan yang sementara dan akhirnya. Kehidupan manusia diibaratkan sebagai rintik hujan yang singkat namun berdampak besar, dan akhirnya redup di tengah malam yang datang.

Dengan menggunakan bahasa yang indah dan simbolisme yang dalam, Joko Pinurbo berhasil menghadirkan puisi "Surat Senyap" sebagai refleksi tentang kehidupan dan kematian, serta penerimaan manusia terhadap takdirnya.

Puisi: Surat Senyap
Puisi: Surat Senyap
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.