Puisi: Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keraguan, ketidakpastian, dan perubahan dalam hubungan antara ...
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (1)

Pertemuan dini hari
di batas kota itu
tak menghasilkan apa-apa;
sedikit salak anjing
untuk senyap.
Tak terdengar nyanyi.
"Kita ternyata terlalu
angkuh untuk tidak setia,
terlalu gagap
untuk sekedar mengingat
babak pertama."

Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2)

Sutradara memang tidak
peduli pada coretan-coretan
di naskah yang kita hafal
kata-kata yang dihilangkan
tanda seru yang dibisukan
dan 'mu' yang tak juga
ditulis dengan huruf kapital.
Pada suatu subuh
yang tanpa sutradara
ternyata kita pun
tetap gagap untuk ingat
pukul berapa harus berangkat.
Kau malah mendongeng
tentang seekor angsa
yang tak lagi menyanyi -
dan berkata, "
kenapa ini tertulis
justru di adegan pertama
di halaman pertama
ketika tak ada cerita
yang sudah selesai direka?"
Siang hari kita bertemu
sutradara itu;
sedang dicoretnya
beberapa dialog di kitab
yang sudah kita hafal
di luar kepala.
Kau menatapku, "
Kenapa
kita seperti tak dikenalnya?"

Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (3)

Ada, memang, angsa menyanyi –
asal kita berniat menghafal dialog
kata demi kata lagi.



Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan makna dan konsep yang dalam. Puisi ini menggambarkan keraguan, ketidakpastian, dan perubahan dalam hubungan antara dua individu melalui metafora sutradara dalam teater. Melalui imaji-imaji yang cermat, penyair mengundang pembaca untuk merenungkan dinamika hubungan dan perasaan yang bisa berubah seiring waktu.

Pertemuan yang Tidak Menghasilkan Apa-Apa: Puisi dimulai dengan menggambarkan pertemuan antara dua individu pada dini hari di batas kota, namun pertemuan tersebut "tak menghasilkan apa-apa." Ini bisa diartikan sebagai ketidakpuasan atas hasil dari pertemuan tersebut, di mana harapan tidak terpenuhi. Salak anjing yang disebutkan menggambarkan rasa keheningan atau kesunyian dalam hubungan, dan ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan.

Keangkuhan dan Kegagapan: Di baris berikutnya, penyair menyatakan bahwa mereka "terlalu angkuh untuk tidak setia, terlalu gagap untuk sekedar mengingat babak pertama." Ini mengungkapkan keangkuhan dan rasa tidak percaya diri dalam hubungan ini. Kegagapan dalam mengingat "babak pertama" juga dapat diartikan sebagai kehilangan rasa awal dalam hubungan atau kehilangan inti dari hubungan tersebut.

Sutradara sebagai Pengendali: Sutradara dalam puisi ini bisa diartikan sebagai pengendali atau arsitek hubungan ini. Namun, dalam metafora yang mendalam, sutradara memutuskan untuk menghapus dialog-dialog dan elemen-elemen penting dalam hubungan ini. Tindakan ini mungkin mencerminkan perubahan dalam dinamika hubungan, di mana komunikasi atau interaksi yang penting telah hilang.

Perubahan dalam Hubungan: Penyair menjelaskan bagaimana sutradara tidak peduli pada "coretan-coretan" di naskah, tanda-tanda yang dihilangkan, dan kata-kata yang dibiarkan tak tertulis. Ini menggambarkan ketidakpedulian terhadap detail-detail penting dalam hubungan dan perubahan yang terjadi. Bahkan ketika hubungan tidak lagi sesuai dengan skenario atau naskah yang telah dihafal, penyair tetap merasa gagap dan tidak yakin.

Sutradara yang Tak Dikenal: Penyair menyampaikan bahwa mereka bertemu dengan sutradara, tetapi merasa seolah-olah tidak dikenali olehnya. Ini bisa diartikan sebagai rasa ketidaknyamanan atau perasaan bahwa hubungan ini telah berubah secara fundamental, dan mereka tidak lagi merasakan kedekatan yang ada sebelumnya.

Puisi "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" adalah sebuah penggambaran metaforis tentang perubahan dan keraguan dalam hubungan. Dengan menggunakan sutradara sebagai simbol pengendali hubungan, penyair menggambarkan bagaimana komunikasi, perasaan, dan interaksi dapat berubah seiring waktu, dan bagaimana keangkuhan dan kegagapan mempengaruhi dinamika antara dua individu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas hubungan dan perubahan yang bisa terjadi dalam dinamika manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.