Puisi: Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu? (Karya A. Munandar)

Secara keseluruhan, puisi "Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu?" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pengorbanan dalam cinta dan keabadian kenangan ....
Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu?


Aku bakar bajuku, celanaku
Aku bakar semua pakaianku
Aku bakar aroma hidupku.

Aku bakar puisiku, ceritaku
Aku bakar semua tulisanku
Aku bakar kisah hidupku.

Tapi otakmu,
Api tidak bisa menembus ingatanmu.


25 April 2018

Analisis Puisi:
Puisi "Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu?" karya A. Munandar menggambarkan pengorbanan dan perasaan terikat dalam sebuah hubungan. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran membakar pakaian dan tulisan sebagai simbol untuk melambangkan kesediaan untuk mengorbankan diri sendiri, kehidupan, dan kisah pribadi.

Penulis mengungkapkan keinginan untuk membakar segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Tindakan ini melambangkan upaya untuk menghapus jejak keberadaan dan identitas pribadi. Pengorbanan ini mencerminkan tingkat kecintaan yang mendalam dan keterikatan yang kuat terhadap orang yang menjadi subjek puisi.

Namun, di bait terakhir, penulis mengakui bahwa meskipun ia mengorbankan segalanya, tidak ada api yang dapat menembus ingatan orang yang dikasihi. Ini menunjukkan bahwa meskipun fisik atau materi dapat dibakar, kenangan dan pengaruh seseorang dalam kehidupan orang lain tetap abadi dan tidak bisa dihilangkan.

Puisi ini menggambarkan dinamika hubungan yang rumit dan pengorbanan yang dilakukan dalam cinta. Meskipun penulis bersedia mengorbankan segalanya untuk orang yang dicintainya, ia menyadari bahwa kenangan dan pengaruhnya tetap bersemayam dalam pikiran dan hati orang tersebut.

Secara keseluruhan, puisi "Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu?" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pengorbanan dalam cinta dan keabadian kenangan. Puisi ini menggambarkan keterikatan yang mendalam, kesediaan untuk mengorbankan diri sendiri, dan kekuatan kenangan yang tidak bisa dihapuskan.

A. Munandar
Puisi: Apa Aku Bakar Saja Tubuhmu?
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.