Puisi: Demokrasi (Karya Agam Wispi)

Puisi "Demokrasi" karya Agam Wispi adalah karya yang penuh dengan kritik sosial, khususnya terhadap para pemimpin atau jenderal yang berkuasa ....
Demokrasi


Jenderal!
Telah kami pasang
bintang-bintang di dada kalian
dari rejam tuan tanah dan lintah
kutuntut bintangmu: mana tanah!

Jenderal!
Telah kami pasang
bintang-bintang di dada kalian
dari keringat tujuh sepuluh jam
kami tuntut bintangmu: mana upah?

1959

Sumber: Gugur Merah (2008)

Analisis Puisi:
Puisi "Demokrasi" karya Agam Wispi adalah karya yang penuh dengan kritik sosial, khususnya terhadap para pemimpin atau jenderal yang berkuasa. Dalam puisi ini, penulis mengekspresikan ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat, khususnya terkait penguasaan tanah dan masalah upah.

Kritik Terhadap Jenderal: Dalam puisi ini, penulis menggunakan istilah "Jenderal" untuk menggambarkan para pemimpin atau elite yang berkuasa. Pemasangan bintang di dada mereka menggambarkan prestise dan kekuasaan mereka. Namun, penulis mengkritik mereka karena bintang-bintang ini berasal dari rejam (kelompok kaya dan berkuasa) yang menguasai tanah dan juga lintah (orang-orang yang menghisap darah masyarakat). Hal ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap penguasaan tanah oleh segelintir orang kaya yang merugikan rakyat banyak.

Tuntutan Akan Tanah dan Upah: Pada bagian kedua puisi, penulis menuntut kembalinya bintang-bintang yang dipasang di dada para jenderal tersebut. Tuntutan tersebut dikaitkan dengan dua hal penting: tanah dan upah. Penulis menyinggung penderitaan dan keringat yang dihabiskan oleh pekerja selama tujuh sepuluh jam, namun mereka tidak memperoleh upah yang sesuai. Ini menunjukkan ketidakadilan ekonomi yang menguntungkan para pemilik tanah dan penguasa tanah, sementara pekerja hanya mendapat upah yang minim.

Kritik Sosial dan Pendidikan Politik: Puisi ini dapat diartikan sebagai bentuk kritik sosial terhadap sistem politik dan ekonomi yang tidak adil. Penulis berusaha untuk menggerakkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan kritis terhadap isu-isu seperti kepemilikan tanah dan upah yang layak. Pendidikan politik yang tercermin dalam puisi ini mengajak pembaca untuk lebih memperhatikan dan memahami permasalahan sosial yang mendasari ketimpangan di masyarakat.

Penggunaan Bahasa dan Metafora: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran-gambaran metaforis untuk menyampaikan pesan kritiknya. Metafora bintang-bintang dan rejam tuan tanah serta lintah melambangkan elit dan pemilik tanah yang menguasai sumber daya, sementara pekerjaan keras pekerja tidak dihargai dengan upah yang layak.

Puisi "Demokrasi" karya Agam Wispi adalah karya kritik sosial yang menyampaikan ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakadilan sosial di masyarakat. Puisi ini menggambarkan ketidakadilan dalam kepemilikan tanah dan upah yang rendah untuk pekerja. Melalui bahasa dan metafora yang kuat, penulis mengajak pembaca untuk lebih peduli dan kritis terhadap isu-isu sosial dan politik yang mendasari ketidakadilan ini.

"Agam Wispi"
Puisi: Demokrasi
Karya: Agam Wispi
© Sepenuhnya. All rights reserved.