Puisi: Elegi (Karya Asrul Sani)

Puisi "Elegi" karya Asrul Sani menggambarkan perasaan yang mendalam terhadap penciptaan, kehidupan, kematian, dan makna dari semua itu.
Elegi


Ia yang hendak mencipta,
menciptalah atas bumi ini.
Ia yang akan tewas,
tewaslah karena kehidupan.
Kita yang mau mencipta dan akan tewas
akan berlaku untuk ini dengan cinta,
dan akan jatuh seperti permata mahkota
berderi sebutir demi sebutir

Apa juga masih akan tiba,
Mesra yang kita bawa, tiadalah
kita biarkan hilang karena hisapan pasir

Engkau yang telah berani menyerukan
Kebenaranmu dari gunung dan keluasan
Sekali masa akan ditimpa angin dan hujan

Jika suaramu hilang dan engkau mati
Maka kami akan berduka, dan kanan
menghormat bersama kekasih kami.

Kita semua berdiri di belakang tapal,
Dari suatu malam ramai,
Dari suatu kegelapan tiada berkata,
Dari waktu terlalu cepat dan kita mau tahan,
Dari perceraian - tiada mungkin,
Dan sinar mata yang tiada terlupakan.

Serulah, supaya kita ada dalam satu barisan,
Serulah, supaya jangan ada yang sempat merindukan senja,
Terik yang keras tiada lagi akan sanggup
mengeringkan kembang kerenyam
Pepohonan sekali lai akan berdahan panjang
Dan buah-buahan akan matang pada tahun yang akan datang.
Laut India akan melempar parang
Bercerita dari kembar cinta dan perceraian

Aku akan minta, supaya engkau
Berdiri curam, atas puncak dibakar panas
dan sekali lagi berseru, akan pelajaran baru.
Waktu itu angin Juni akan bertambah tenang
Karena bulan berangkat tua
Kemarau akan segan kepada bunga yang telah berkembang.

Di sini telah datang suatu perasaan,
Serta kita akan menderita dan tertawa.
Tawa dan derita dari yang tewas
yang mencipta....


Sumber: Mimbar Indonesia (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Elegi" karya Asrul Sani adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan yang mendalam terhadap penciptaan, kehidupan, kematian, dan makna dari semua itu.

Penciptaan dan Kehidupan: Puisi ini dimulai dengan penekanan pada konsep penciptaan. Ia menciptakan dan memberikan hidup kepada segala sesuatu di bumi ini. Puisi ini menggambarkan pentingnya penciptaan sebagai awal dari segalanya.

Kematian dan Kehidupan: Puisi ini menghubungkan kematian dengan kehidupan. Ia yang akan tewas adalah bagian alami dari kehidupan. Puisi ini menggambarkan kematian sebagai akhir dari kehidupan yang juga memiliki makna dan nilai.

Pencipta dan Manusia: Puisi ini membandingkan tindakan pencipta dengan manusia. Manusia juga mencipta dalam hidupnya, mewujudkan cinta dan perasaan dalam bentuk karyanya. Puisi ini menggambarkan bahwa meskipun kita akan tewas, kita menciptakan dan meninggalkan jejak kita di dunia ini.

Permata Mahkota: Metafora "jatuh seperti permata mahkota" menggambarkan keindahan dan nilai dari setiap individu yang akan tewas. Setiap orang memiliki keunikan dan kemuliaan, bahkan dalam kematian.

Kebenaran dan Kehidupan: Puisi ini merangsang pemikiran tentang kebenaran dan makna dalam hidup. Penyerukan akan kebenaran dari gunung dan keluasan menggambarkan keinginan untuk mencari makna dalam kehidupan.

Kesatuan dan Keberanian: Puisi ini mengajak pada pemahaman tentang kesatuan dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Kita semua berdiri bersama dalam menghadapi kehidupan dan kematian, dan kita harus memiliki keberanian untuk menghadapi apa yang akan datang.

Musim dan Perubahan: Puisi ini menggunakan gambaran alam seperti angin, hujan, bulan, dan musim sebagai simbol perubahan. Ini menggambarkan bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan dan kita harus menerima perubahan tersebut.

Kreativitas dan Pembelajaran: Puisi ini merangsang pemikiran tentang pembelajaran dan pertumbuhan melalui kreativitas. Bahkan dalam kematian, kita dapat meninggalkan jejak yang berharga.

Puisi "Elegi" adalah sebuah karya sastra yang mendalam yang menggambarkan siklus kehidupan, kematian, dan makna di balik semuanya. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna hidup dan bagaimana kita mencipta jejak kita dalam keberadaan kita yang sementara ini.

Asrul Sani
Puisi: Elegi
Karya: Asrul Sani

Biodata Asrul Sani:
  • Asrul Sani lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Sumatera Barat.
  • Asrul Sani meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2004 (ada usia 77 tahun) di Jakarta, Indonesia.
  • Asrul Sani adalah salah satu pelopor Angkatan '45 (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin).
© Sepenuhnya. All rights reserved.