Puisi: Gugur dalam Genjatan Tahun 48 (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Gugur dalam Genjatan Tahun 48" menggambarkan kejadian sederhana namun berkesan di museum perjuangan, Taufiq Ismail berhasil menciptakan ...
Gugur dalam Genjatan Tahun 48

Demikian cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja dril lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke museum perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu
Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum ke pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang.

1964

Sumber: Sajak Ladang Jagung (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Gugur dalam Genjatan Tahun 48" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah narasi pendek yang menggambarkan suasana misterius dan sentimen yang terkandung di balik peristiwa kecil.

Nuansa Sejarah dan Perjuangan: Puisi ini menciptakan latar belakang sejarah yang kuat dengan mengacu pada tahun 1948, sebuah periode penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Museum perjuangan, hujan rinai, dan angin yang mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara menggambarkan suasana masa lalu yang kental.

Karakter Lelaki Setengah Baya: Lelaki setengah baya yang digambarkan dalam puisi ini menjadi fokus utama. Deskripsi fisiknya yang kurus dan penampilannya yang lusuh menunjukkan bahwa dia mungkin telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Matanya yang memandang jauh mencerminkan kedalaman pengalaman dan pemikiran.

Kejadian Misterius: Kehadiran lelaki ini di museum perjuangan, penulisannya di buku tamu, dan tindakannya yang misterius ketika menghilang menciptakan aura keanehan dan misteri dalam puisi. Ini menimbulkan pertanyaan tentang identitas dan tujuan sebenarnya dari lelaki tersebut.

Sentimen Nostalgia dan Haru: Atmosfer gerimis, hujan, dan pengunjung yang berkesan secara emosional pada kakek penjaga dan kakek Aki menimbulkan sentimen nostalgia dan haru. Puisi ini menyelipkan rasa kehangatan dan kebersamaan di tengah suasana yang suram.

Pesan Tersembunyi: Puisi ini bisa dianggap sebagai refleksi tentang perjuangan dan pengorbanan yang terjadi selama masa perang dan revolusi. Lelaki setengah baya mungkin merupakan simbol dari para pejuang yang telah gugur dalam perjuangan tersebut.

Interaksi Manusia dan Alam: Interaksi antara manusia, museum, dan alam (hujan, angin) menghadirkan dimensi kehidupan yang lebih luas. Alam tampaknya berperan sebagai saksi dan pengawas yang tak terlihat dari peristiwa manusia.

Puisi "Gugur dalam Genjatan Tahun 48" adalah karya yang menyentuh dan penuh misteri. Dengan menggambarkan kejadian sederhana namun berkesan di museum perjuangan, Taufiq Ismail berhasil menciptakan narasi yang mendalam tentang sejarah, manusia, dan alam.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Gugur dalam Genjatan Tahun 48
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.