Puisi: Gurindam (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Gurindam" karya Taufiq Ismail mengungkapkan beragam masalah sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Gurindam Satu

Secoret parafku memancarkan komisi seratus juta
Bertahun-tahun begitu sampai mataku buta.

Gurindam Satu Setengah

Harimau mati meninggalkan belang
Pedagang mati meninggalkan hutang.

Rakyat mati tinggal belulang.

Gurindam Dua (Kesatu)

Ada 100 orang teramat kaya betapa boros di negeri ini
Najisnya berlian berlumuran mengalir tiap pagi.

Ada 100 juta orang miskin luar biasa di negeri saya
Minum mimpi, makan angan-angan, sudah sangat lama.

Gurindam Dua (Kedua)

Mei dan Juni ini bukan main 100.000 orasi
Agaknya cuma 100 pantas didengar dan berisi.

Tertekan lama, sangat menggebu-gebu bicara
Lihatlah ludah berlentingan dari mulut mereka.

1988

Gurindam Tiga

Kalau adalah ikhtiar terasa sangat berat
Adalah mengelak ditekan ikut P-4

Cukuplah indoktrinasi Manipol-Usdek saja sekali
Mengapa harus mengulang trauma lagi.

Berkali-kali sepanjang 25 tahun yang sulit
Lumayan ajaib, aku masih saja bisa berkelit.

Gurindam Empat

Ayahmu kaya raya berbagai rupa caranya
Mengapa engkau bangga cuma menumpang nama.

Pamanmu generasi komisi angkatan pertama
Engkau dan ponakanmu generasi komisi, II dan III.

Silsilah dan wajah jelas bukan preman pasar
Tapi praktek bisnismu sunyi akhlak begitu kasar.

Jembatan ditelan, kapal diuntal, proyek habis dikunyah
100 keluarga kenyangnya terengah-engah, lihatlah.

1988

Gurindam Lima

Dalam arisan RT/RW aku disindir dengan lima kata
Agar menjadi manusia seutuhnya.

Ketika pengarahan di kantor aku ditetapkan pula
Menjadi manusia seutuhnya.

Di radio swasta aku dipertanyakan pembawa acara
Apakah aku manusia seutuhnya.

Lewat layar televisi yang mendorong tak lupa-lupa
Cepatlah aku jadi manusia seutuhnya.

Bagaimana ini, bagiku susah amat
Dulu waktu kecil saja aku 'kan sudah disunat.

1991

Gurindam Enam

Ketika serakah mencapai daun batang tomat
Datang banjir ke kawasan kuasa camat.

Ketika serakah menggapai daun kelapa
Datang gempa mengguncang kabupaten kita.

Ketika serakah melangkah ke bukit sana
Meletus gunung api asap ke mana-mana.

Ketika serakah tiba di puncak pegunungan
Berjuta hektar hutan terbakar berbulan-bulan.

Ketika serakah bergelayut di tepi awan
100 juta miskin sengsara, dihimpit pengangguran

Ketika serakah menjangkau matahari
Mana kepalamu, kutembak kau dengan gurindam ini.

1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:

Puisi "Gurindam" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan kritik sosial dan penggambaran realitas kehidupan masyarakat. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun kuat, Taufiq Ismail mengungkapkan beragam masalah sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Penyampaian Pesan Sosial: Melalui puisi "Gurindam", Taufiq Ismail menghadirkan suatu kritik sosial yang tajam terhadap ketidakadilan, ketimpangan, dan korupsi yang ada dalam masyarakat. Puisi ini menjadi sebuah cermin yang memperlihatkan realitas pahit tentang kondisi sosial dan politik di Indonesia.

Gurindam sebagai Bentuk Kritik: Dalam setiap bagian puisi, Taufiq Ismail menggunakan gurindam sebagai alat untuk menyampaikan pesan kritiknya. Gurindam, yang merupakan bentuk puisi tradisional Melayu, digunakan untuk menggambarkan ketidakadilan, kebobrokan moral, dan kebingungan yang melanda masyarakat.

Penggambaran Kesenjangan Sosial: Puisi ini menggambarkan dengan jelas kesenjangan sosial yang ada di Indonesia, antara mereka yang kaya dan yang miskin. Taufiq Ismail menyuarakan kekecewaannya terhadap ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan keadilan sosial di tengah masyarakat.

Kritik terhadap Korupsi dan Kezaliman: Melalui beberapa bait puisi, Taufiq Ismail secara tegas mengecam praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan yang merajalela dalam struktur kekuasaan di Indonesia. Penggunaan imaji dan metafora dalam puisi memberikan gambaran yang kuat tentang dampak buruk dari korupsi dan ketidakadilan terhadap masyarakat.

Refleksi Kemanusiaan: Puisi "Gurindam" juga menyoroti aspek kemanusiaan, dengan menekankan pentingnya menjaga integritas dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Taufiq Ismail mengajak pembaca untuk merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan dan kejujuran sebagai landasan utama dalam menjalani kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi "Gurindam" karya Taufiq Ismail bukan hanya sekedar rangkaian kata-kata indah, tetapi juga merupakan seruan untuk berpikir, bertindak, dan berubah demi terciptanya masyarakat yang lebih adil, merata, dan manusiawi. Dengan kepiawaian dalam bahasa dan kejernihan dalam pesan yang disampaikan, puisi ini menjadi sebuah sorotan yang menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya perubahan dan perbaikan dalam masyarakat.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Gurindam
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.