Puisi: Ibu Hujan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Ibu Hujan" karya Joko Pinurbo memotivasi pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan pentingnya melestarikannya.
Ibu Hujan


Ibu hujan dan anak-anak hujan
berkeliaran mencari ayah hujan
di perkampungan puisi hujan.

Anak-anak hujan berlarian
meninggalkan ibu hujan
menggigil sendirian di bawah pohon hujan.

Anak-anak hujan bersorak girang
menemukan ayah hujan
di semak-semak hujan.
Ayah hujan mengaduh kesakitan
tertimpa tiga kilogram hujan.

Ayah hujan dan anak-anak hujan
beramai-ramai menemui ibu hujan,
tapi ibu hujan sudah tak ada
di bawah pohon hujan.

“Kita tak akan menemukan ibu hujan di sini.
Ibu hujan sudah berada di luar hujan.”


2011/2012

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Ibu Hujan" karya Joko Pinurbo adalah karya sastra yang penuh dengan elemen-elemen simbolis dan makna mendalam. Puisi ini memunculkan karakter-karakter yang mewakili unsur alam seperti hujan dan menghadirkan perasaan kehilangan, kebingungan, serta pencarian.

Personifikasi Alam: Dalam puisi ini, elemen alam seperti hujan diberi karakteristik manusia. Hujan digambarkan sebagai ibu yang mencari anak-anaknya dan ayah yang terpisah darinya. Ini adalah contoh personifikasi, yaitu penggunaan sifat-sifat manusia untuk menggambarkan unsur alam. Puisi ini menciptakan hubungan antara manusia dan alam, menyoroti ketergantungan manusia pada alam.

Keluarga sebagai Metafora Alam: Dalam puisi ini, keluarga hujan (ibu, ayah, dan anak-anak hujan) digunakan sebagai metafora untuk unsur-unsur alam. Ibu hujan mewakili hujan yang turun dari langit, sementara ayah hujan adalah representasi dari hujan yang jatuh ke bumi dalam jumlah besar (tiga kilogram hujan). Anak-anak hujan adalah tetesan hujan yang terbentuk selama proses hujan. Melalui keluarga ini, puisi mencoba menggambarkan sifat dan perjalanan hujan.

Kehilangan dan Pencarian: Puisi ini menciptakan narasi tentang kehilangan dan pencarian. Ibu hujan dan anak-anaknya berpisah dan mencari ayah hujan. Ini bisa diartikan sebagai cara untuk menggambarkan siklus alam, di mana hujan yang jatuh ke bumi menciptakan proses siklus hujan, yang melibatkan penguapan, pembentukan awan, dan turunnya hujan kembali. Ketika hujan berhenti, alam seperti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri, yang mungkin akan kembali dalam wujud hujan berikutnya.

Perlambang Kepergian: Pada akhir puisi, ibu hujan dikatakan sudah "berada di luar hujan." Ini bisa diartikan sebagai perlambang kepergian atau kematian. Hujan yang turun adalah kehidupan, dan ketika hujan berhenti, maka perwujudan hujan tersebut telah berpindah. Ini bisa mencerminkan sifat siklus kehidupan dan kematian.

Nilai Budaya dan Lingkungan: Puisi ini juga mengandung pesan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan melestarikan unsur-unsur alam. Alam, dalam hal ini hujan, adalah elemen yang memberi kehidupan dan perasaan. Ketika manusia merusak alam, mereka mungkin kehilangan sebagian dari koneksi mereka dengan unsur-unsur alam ini.

Puisi "Ibu Hujan" karya Joko Pinurbo menghadirkan elemen-elemen alam dalam sebuah narasi keluarga untuk menyampaikan makna mendalam tentang siklus alam, kehidupan, kehilangan, dan keberlanjutan. Dalam prosesnya, puisi ini memotivasi pembacanya untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan pentingnya melestarikannya.

"Puisi: Ibu Hujan (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Ibu Hujan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.