Puisi: Jam Kota (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Jam Kota" menggambarkan kehidupan perkotaan dengan segala keindahan, kenangan, dan penderitaannya. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan ...
Jam Kota

Pada ulang hari jadiku, kukitari kota kelahiranku
Setelah sebelas tahun tak menatap wajahmu
Hutan pinus pada bukit-bukit yang biru
Sekolah lama, gang-gang di pasar, pohon-pohon kenari
Di jauhan jam kota menjulang tinggi

Kotaku yang nanar sehabis perang
Wajah muram dan tubuh luka garang
Detak tapal kuda satu-satu
Wahai, pandanglah mukaku!

Bioskop tua. Dindingnya pun retak-retak
Tempatku dulu takjub mengimpikan dunia luar
Jalan kecil sepanjang rel kereta-api. Raung
Beruang es di kebun binatang
Pedati kerbau merambati kota pegunungan
Memutar roda kehidupan yang sarat

Di depan rumah sakit aku berhenti sebentar
Memandang dari luar dindingnya yang putih
Rahim ibuku, di suatu kamarnya, melepas daku
Ke dunia. Dan jam kota
Berdentang dini hari

Masih kulihat masjid itu, di tengah sawah
Beberapa surau lereng gunung, beratap seng merah
Gang-gang di pasar, ramai-ramai pedagang berselendang
Bernaung ratusan payung peneduh matahari
Dataran tinggi. Susunan panci nasi Kapau
Kerupuk Sanjai, ikan asin, onggokan lada merah
Toko kopiah sutera, toko-toko emas menutup pintunya
Anak-anak berkejaran di stasiun bus
Wahai, mengapa kalian menundukkan muka?

Kotaku yang nanar sehabis perang
Wajah muram dan tubuh luka garang
Detak tapal kuda satu-satu
Wahai, pandanglah mukaku!

1963

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Jam Kota" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keindahan dan kepedihan kota kelahiran sang penyair. Dengan penggunaan bahasa yang padat dan imaji yang kuat, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, kenangan, dan perubahan yang terjadi dalam sebuah kota.

Tema Kehidupan Kota: Puisi ini menggambarkan kehidupan sehari-hari di sebuah kota, dengan segala kompleksitasnya. Penggambaran detail tentang berbagai elemen kota seperti pasar, bioskop tua, rumah sakit, dan masjid, memberikan gambaran yang kaya tentang kehidupan perkotaan.

Nostalgia dan Kenangan: Penyair mengeksplorasi tema nostalgia dan kenangan melalui perjalanan di kota kelahirannya. Dia mengingat berbagai tempat dan pengalaman masa kecilnya, seperti sekolah, pasar, dan kebun binatang. Penggunaan gambaran-gambaran ini menghadirkan aroma kenangan yang kuat bagi pembaca.

Kontras antara Kecantikan dan Kehancuran: Puisi ini menciptakan kontras yang kuat antara gambaran keindahan alam dan kehancuran perkotaan. Meskipun penyair merenungkan keindahan alam sekitar kota seperti bukit-bukit biru dan sawah yang hijau, dia juga menghadirkan gambaran kota yang terluka dan terpuruk setelah perang.

Simbolisme Jam Kota: Jam kota menjadi simbol waktu dan perubahan. Detak jam yang terus berjalan mencerminkan perjalanan waktu dan kehidupan yang terus berubah. Jam kota juga mungkin menggambarkan kehidupan yang terorganisir dan terstruktur di tengah kekacauan dan perubahan.

Pertanyaan tentang Identitas dan Kebangsaan: Penyair memperlihatkan rasa kebingungannya terhadap kondisi kota yang mengalami kehancuran pasca perang. Dia bertanya kepada anak-anak yang menundukkan muka, mungkin sebagai refleksi dari keraguan akan masa depan bangsa dan identitas kulturalnya.

Gaya Penulisan dan Bahasa: Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat untuk menggambarkan suasana dan perasaannya. Puisi ini penuh dengan imaji yang menggugah dan frase-frase yang berkesan, memungkinkan pembaca untuk merasakan keindahan dan penderitaan yang digambarkan.

Puisi "Jam Kota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan perkotaan dengan segala keindahan, kenangan, dan penderitaannya. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, Taufiq Ismail berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang identitas, perubahan, dan kompleksitas kehidupan dalam sebuah kota.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Jam Kota
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.