Puisi: Kerinduan yang Abadi (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Kerinduan yang Abadi" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan kondisi manusia yang dihadapkan pada berbagai perasaan, mulai dari kecemasan ...
Kerinduan yang Abadi

Orang-orang dengan kecemasan di matanya
Mengundang kematian berulang-ulang
Seakan mengikuti kehendak angin tanpa arah
Atau menyerah pada daun-daun yang luruh
Ke haribaan tanah. Musim akan segera berganti
Cuaca terus berubah dan mereka tak tahu
Untuk mengatakan sekedar sunyi
Berjalan saja di atas perasaannya sendiri

Orang-orang dengan ketakutan yang melimpah
Melepaskan semua pakaian kebesarannya
Mungkin persembahan bagi langit atau kekosongan
Dalam gelap mereka terbang seperti kelelawar
Menangis dan tertawa tak henti-hentinya
Tak peduli akan jatuh atau terus membumbung
Sebab kehidupan yang tengah berlangsung
Atau kematian sama saja artinya

Orang-orang dengan kerinduan yang abadi
Semakin mabuk oleh anggur dan puisi
Menjadi budak naluri dan keliaran
Dihabiskannya seluruh malam tanpa sisa
Juga seluruh abad dan milenium sepi
Mereka tak kembali ke kuil, biara atau gua
Tak lagi menggembala di padang tandus dunia
Namun sibuk menerjuni lembah gelap dalam hatinya.


Analisis Puisi:
Puisi "Kerinduan yang Abadi" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan kondisi manusia yang dihadapkan pada berbagai perasaan, mulai dari kecemasan hingga ketakutan, dan pada akhirnya, pada kerinduan yang tak terbatas. Puisi ini menggali kedalaman emosi manusia dan perjalanan jiwa yang abadi.

Gambaran Kehidupan yang Penuh Ketidakpastian: Pembicaraan tentang orang-orang dengan kecemasan di mata mereka menciptakan citra tentang kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Mereka merasa seakan-akan diikuti oleh kematian dan terombang-ambing oleh arus kehidupan.

Ketakutan dan Kebingungan: Puisi ini juga menyoroti ketakutan yang melimpah dan kebingungan yang melanda banyak orang. Mereka merasa terhempas oleh perubahan dan tidak memiliki pegangan yang stabil. Ketakutan akan masa depan dan kecemasan akan keadaan dunia terasa begitu mendalam.

Perjalanan Emosional: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional manusia dari ketakutan dan kecemasan hingga kerinduan yang tak terbatas. Manusia, dalam pencariannya akan makna dan kebenaran, sering kali terjerumus dalam kebingungan dan kerinduan yang mendalam.

Penggunaan Metafora: Metafora tentang kelelawar yang terbang di gelap menggambarkan keadaan manusia yang terombang-ambing dalam kegelapan pikiran dan perasaan. Mereka merasa terhanyut dalam gelombang emosi yang tak terkendali.

Kesibukan Spiritual: Meskipun dihadapkan pada kecemasan dan ketakutan, ada juga upaya untuk mencari kedamaian dalam spiritualitas. Namun, pencarian ini tidak lagi dilakukan melalui cara konvensional seperti ke kuil atau biara, melainkan melalui pengalaman pribadi dan introspeksi batin yang mendalam.

Dengan menggunakan bahasa yang kaya metafora dan gambaran yang mendalam, Acep Zamzam Noor menciptakan sebuah puisi yang memancing pemikiran tentang kondisi manusia yang kompleks dan perjalanan jiwa yang tak berujung. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan keabadian kerinduan yang mengiringi perjalanan manusia di dunia ini.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Kerinduan yang Abadi
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.