Puisi: Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan momen ketika dua individu berdiri di pintu, menghadapi ....
Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita

Kupandang kelam yang merapat ke sisi kita
siapa itu di sebelah sana, tanyamu tiba-tiba
(malam berkabut seketika) Barangkali menjemputku
barangkali berkabar penghujan itu

kita terdiam saja di pintu. Menunggu
atau ditunggu, tanpa janji terlebih dahulu
kenalkah ia padamu, desakmu (Kemudian sepi
terbata-bata menghardik berulang kali)

bayang-bayang pun hampir sampai di sini. Jangan
ucapkan selamat malam; undurlah perlahan
(pastilah sudah gugur hujan
di hulu sungai itu); itulah Saat itu, bisikku

kukecup ujung jarimu; kau pun menatapku:
bunuhlah ia, suamiku (Kutatap kelam itu
bayang-bayang yang hampir lengkap mencapaiku
lalu kukatakan: mengapa Kau tegak di situ)

1968

Sumber: Duka-Mu Abadi (1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan momen ketika dua individu berdiri di pintu, menghadapi suasana malam yang gelap dan kelam. Puisi ini mengeksplorasi berbagai elemen seperti ketidakpastian, pertemuan, keheningan, dan potensi konflik dalam sebuah hubungan atau situasi tertentu.

Suasana Malam yang Kelam: Suasana malam yang kelam menciptakan latar belakang atau setting yang gelap dalam puisi ini. Ini bisa diartikan sebagai representasi ketidakpastian atau ketidakjelasan yang mungkin ada dalam hubungan atau situasi yang digambarkan.

Dialog Implisit: Puisi ini memiliki dialog implisit antara dua individu yang tidak disebutkan namanya. Pertanyaan "siapa itu di sebelah sana" menciptakan ketidakpastian tentang identitas seseorang yang mungkin mendatangi mereka. Dialog ini mencerminkan rasa ingin tahu dan kebingungan.

Penggunaan "Bayang-bayang": Kata "bayang-bayang" dalam puisi ini dapat diartikan secara harfiah sebagai bayangan fisik yang mendekati mereka di malam yang gelap. Namun, dalam konteks puisi, "bayang-bayang" juga dapat menjadi simbol dari hal-hal yang mengancam atau ketidakpastian dalam hubungan mereka.

Potensi Konflik: Keheningan yang disebutkan dalam puisi ini menciptakan ketegangan. Ketidakjelasan mengenai siapa yang mendekati mereka dan pertanyaan "kenalkah ia padamu" menunjukkan potensi konflik atau ketidaknyamanan dalam hubungan mereka.

Sentuhan Kecil: Ada sentuhan kecil dalam puisi ini ketika narator mencium ujung jarinya. Ini dapat diinterpretasikan sebagai tindakan kasih sayang atau dorongan untuk menjaga hubungan tersebut meskipun ada ketidakpastian.

Akhir yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan ketidakjelasan tentang apa yang terjadi selanjutnya. Kita tidak tahu apakah mereka akan menyambut atau menolak sosok yang mendekati mereka.

Puisi ini secara keseluruhan menciptakan suasana misteri dan ketidakpastian yang berkaitan dengan hubungan antara dua individu. Dengan gaya yang sederhana namun mendalam, Sapardi Djoko Damono menggambarkan momen yang mengundang pemikiran dan perasaan yang beragam pada pembaca.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.