Puisi: Lagu daripada Pasukan Terakhir (Karya Asrul Sani)

Puisi "Lagu daripada Pasukan Terakhir" karya Asrul Sani mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan semangat para pejuang atau pasukan terakhir dalam ...
Lagu daripada Pasukan Terakhir

Pada tapal terakhir sampai ke Jogja
bimbang telah datang pada nyala
langit telah tergantung suram
kata-kata berantukan pada arti sendiri.
Bimbang telah datang pada nyala
dan cinta tanah air akan berupa
peluru dalam darah
serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
bertanya akan kesudahan ujian
mati atau tiada mati-matinya

O Jendral, bapa, bapa,
tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali
ataukah suatu kehilangan keyakinan
hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna
dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
akan hilang ditiup angin, karena
ia berdiam di pasir kering
O Jenderal, kami yang kini akan mati
tiada lagi dapat melihat kelabu
laut renangan Indonesia.
O Jendral, kami yang kini akan jadi
tanah, pasir, batu dan air
kami cinta kepada bumi ini.

Ah mengapa pada hari-hari sekarang, matahari
sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya
yang akan dikirim ke bumi.

Jendral, mari Jendral
mari jalan di muka
mari kita hilangkan sengketa ucapan
dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan,
engkau bersama kami, engkau bersama kami,
Mari kita tinggalkan ibu kita
mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa
mari Jendral mari
sekali ini derajat orang pencari dalam bahaya,
mari Jendral mari Jendral mari, mari.......

1949

Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950)

Analisis Puisi:
Puisi "Lagu daripada Pasukan Terakhir" karya Asrul Sani adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan semangat para pejuang atau pasukan terakhir dalam konteks perjuangan nasionalisme dan cinta tanah air. Puisi ini menggambarkan suasana bimbang, pengorbanan, dan kesetiaan terhadap tanah air dalam menghadapi masa-masa sulit.

Perjuangan dan Pengorbanan: Puisi ini menggambarkan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh pasukan terakhir dalam pertempuran. Mereka sampai di Jogja pada "tapal terakhir," dan suasana bimbang terasa kuat. Mereka berhadapan dengan "nyala" atau ketidakpastian di hadapan bahaya dan perjuangan berat. Namun, mereka tetap setia pada cinta tanah air dan rela menghadapi segala risiko demi nilai-nilai yang mereka percayai.

Kehendak dan Keyakinan: Dalam puisi ini, terdapat pertanyaan dan pertimbangan mengenai kehendak dan keyakinan. Kata-kata "kata-kata berantukan pada arti sendiri" menggambarkan keraguan dan pertentangan dalam pikiran. Puisi ini merenungkan apakah keraguan tersebut disebabkan oleh ketidaksempurnaan atau kurangnya keyakinan. Namun, pesan yang lebih mendalam adalah bahwa pasukan terakhir tetap memiliki kesetiaan dan kecintaan yang kuat pada tanah air, bahkan dalam keraguan dan bimbang.

Semangat Persatuan dan Kekompakan: Puisi ini menggambarkan semangat persatuan dan kekompakan dalam suasana perjuangan. "O Jendral, bapa, bapa" adalah panggilan kepada seorang pemimpin atau tokoh yang mungkin mewakili kepemimpinan nasional. Panggilan ini menunjukkan aspirasi bersama dan harapan agar mereka bersama-sama dalam perjuangan. Pasukan terakhir ingin mengatasi sengketa dan perbedaan pandangan untuk berjuang bersama.

Semangat Cinta Tanah Air: Sentimen cinta tanah air adalah inti dari puisi ini. Para pejuang atau pasukan terakhir dengan tulus mengungkapkan cintanya kepada tanah air Indonesia. Mereka bersedia menghadapi bahaya, berubah menjadi tanah, pasir, batu, dan air, serta menempuh pengorbanan demi cinta mereka pada tanah ini.

Ketidakpastian dalam Masa Sulit: Puisi ini menggambarkan ketidakpastian dalam konteks perjuangan. Meskipun matahari kadang-kadang "sangsi akan rupanya" dan keadaan menjadi suram, pasukan terakhir tetap memiliki semangat yang teguh dan tekad untuk bertahan di tengah masa-masa sulit.

Puisi "Lagu daripada Pasukan Terakhir" karya Asrul Sani adalah karya sastra yang menggambarkan semangat dan perasaan pejuang atau pasukan terakhir dalam perjuangan nasionalisme. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang emosional, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang semangat cinta tanah air, pengorbanan, dan persatuan dalam menghadapi masa-masa sulit. Puisi ini memperingatkan akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai yang diyakini, meskipun dalam keraguan atau bimbang, dan menghadapi tantangan dengan tekad dan keyakinan yang kokoh.

Asrul Sani
Puisi: Lagu daripada Pasukan Terakhir
Karya: Asrul Sani

Biodata Asrul Sani:
  • Asrul Sani lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Sumatera Barat.
  • Asrul Sani meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2004 (ada usia 77 tahun) di Jakarta, Indonesia.
  • Asrul Sani adalah salah satu pelopor Angkatan '45 (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin).
© Sepenuhnya. All rights reserved.