Puisi: Pegawai Negeri (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Pegawai Negeri" karya Taufiq Ismail menggambarkan sebuah pandangan kritis terhadap realitas pegawai negeri, dengan menyoroti kontradiksi ...
Pegawai Negeri

Setiap kami menyaksikan berbagai penghargaan diberikan
Di istana negara, dalam macam-macam upacara
Satu saja yang tak tampak di layar kaca
Penyerahan medali dan selempang warni-warna pada

    Pegawai     Negeri
    Paling           Jujur
    Tahun               Ini

Wakil dari mereka yang tak pernah kecukupan dalam rezeki
Wakil dari mereka yang sudah luluh dalam keluh
Anak-anak berlahiran juga, nafkah selalu payah
Dalam pemilihan umum selalu diancam macam-macam
Tak pandai ngobyek, tak disertakan dalam proyek
Dalam kalkulasi hidup mana pernah bisa cukup
Tapi ajaib tak sampai terdengar bergeletakan kelaparan
Ada saja jalan keluar yang meringankan beban
Anak-anak pun tahu diri orang tua pegawai negeri
Susah payah sekolah dan kuliah, dan kok ya jadi
Insinyur, dokter, pengacara, S-dua dan Pi-Eic-Di
Lumayanlah, walau tak sangat banyak barangkali
Apabila di dunia ada tujuh macam keajaiban
Maka fenomena pegawai negeri sini mesti yang ke delapan
Menurut teori mutakhir administrasi dan metoda renumerasi
Mestinya di awal karier dulu dari dunia sudah permisi
Memang ada yang terlibat proyek dan bersiram komisi
Tapi itu ‘kan jumlahnya terbatas sekali, yakni
Mereka yang berkerumun di sekitar keran pembangunan

Selebihnya hidup rutin ya begitu itu
Dan pastilah ada juga yang jujur secara sejati
Yang membuat lentur tegang-kakunya prosedur
Bukan mempersukar-sukar, justru memudahkan urusan
Yang betul-betul melayani rakyat, bukan budak kekuasaan
Yang susah payah istikomah di dalam kehalalan rezeki
Yang menahankan pedihnya susah nafkah
Yang masih saja bisa bertahan dilanda arus materi
Mereka tak tampak oleh mata kami
Mereka bukan tipe mengeluh-mengadu ke sana ke mari
Mungkin karena maqamnya sudah mirip orang sufi
Siapa tahu mereka lah sebenar penyangga struktur ini
Yang begitu lapuk rayap dan roboh sudah mesti
Tapi sampai sekarang masih juga berdiri
Mereka sungguh kami hormati
Terutama para guru yang begitu sabar menyebar ilmu
Dan semua yang berdedikasi sejati di struktur birokrasi
Masih tetap bertahan diterjang gelombang hidup serba materi
Kalian tidak nampak, karena memang merundukkan diri.


1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Pegawai Negeri" karya Taufiq Ismail menggambarkan sebuah pandangan kritis terhadap realitas pegawai negeri, dengan menyoroti kontradiksi antara penghargaan yang diberikan pada mereka dan kenyataan hidup yang mereka jalani.

Ironi Penghargaan dan Kenyataan Hidup Pegawai Negeri: Puisi ini dibuka dengan menyebutkan penghargaan dan medali yang diberikan pada Pegawai Negeri yang dianggap sebagai yang "Paling Jujur" dalam tahun tersebut. Namun, ironinya terletak pada fakta bahwa penghargaan ini tidak tampak di layar kaca, menunjukkan bahwa kejujuran mereka seringkali luput dari sorotan publik.

Wakil dari Masyarakat yang Terpinggirkan: Puisi menggambarkan Pegawai Negeri sebagai wakil dari masyarakat yang tidak pernah cukup dalam rezeki, yang hidup dengan keluh kesah dan kesulitan ekonomi. Mereka dianggap sebagai perwakilan dari rakyat yang kurang beruntung dan seringkali terpinggirkan dalam pemilihan umum.

Kehidupan yang Rutin dan Keterbatasan Ekonomi: Pegawai Negeri dihadapkan pada kehidupan yang rutin dan keterbatasan ekonomi. Meskipun tidak terlibat dalam proyek besar dan mendapatkan komisi besar, mereka tetap bertahan dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana dan mencari jalan keluar untuk mengurangi beban hidup.

Jalan Keluar dengan Pendidikan: Penyair menyoroti pentingnya pendidikan sebagai jalan keluar dari keterbatasan ekonomi. Anak-anak mereka, kendati dihadapkan pada kondisi keuangan yang sulit, berhasil meraih kesuksesan dengan menjadi insinyur, dokter, pengacara, dan lainnya. Hal ini menciptakan nuansa harapan dan kebanggaan di tengah kesulitan.

Penghormatan terhadap Pegawai Negeri yang Jujur dan Pelayan Masyarakat: Meskipun ada penggambaran negatif terhadap sebagian Pegawai Negeri yang terlibat dalam proyek dan komisi, puisi ini memberikan penghormatan khusus pada mereka yang jujur dan benar-benar melayani masyarakat. Guru dan para pegawai negeri yang dengan sabar menyebar ilmu serta berdedikasi dalam birokrasi dihormati karena kejujuran dan dedikasinya.

Tidak Tampak, Namun Bertahan dan Bertugas dengan Ikhlas: Puisi menyoroti bahwa sosok Pegawai Negeri yang sejati tidak selalu terlihat oleh mata kita. Mereka mungkin merundukkan diri dan tidak mengeluh, bertahan dalam arus materi yang sulit, dan berdedikasi kepada tugas mereka tanpa mengharapkan pujian atau sorotan.

Penyangga Struktur yang Tak Terlihat: Penyair menyiratkan bahwa Pegawai Negeri, terutama para guru, mungkin menjadi penyangga struktur yang tidak terlihat. Mereka yang tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga bertahan dalam kerasnya kehidupan, memainkan peran penting dalam kelangsungan struktur sosial.

Puisi "Pegawai Negeri" karya Taufiq Ismail adalah puisi yang menciptakan gambaran kritis dan puitis terhadap realitas kehidupan Pegawai Negeri. Dengan menggunakan ironi, penghargaan yang tidak terlihat, dan penggambaran yang kompleks, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan para pelayan masyarakat ini, yang seringkali tidak terlihat tetapi tetap bertahan dan berdedikasi.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Pegawai Negeri
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.