Puisi: Penjual Kalender (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Penjual Kalender" karya Joko Pinurbo menggambarkan bagaimana waktu memengaruhi kehidupan sehari-hari dan bagaimana seseorang dapat belajar ...
Penjual Kalender


Pawai tahun baru baru saja dibubarkan sepi. 
Sisa suara terompet berceceran, sebentar lagi basi.
Lelaki tua berulang kali menghitung receh di tangan, 
barang dagangannya sedikit sekali terbeli. 
“Makin lama waktu makin tidak laku,” ia berkeluh sendiri. 
Anaknya tertidur pulas di atas tumpukan kalender 
yang sudah mereka jajakan berhari-hari.

Lelaki tua membangunkan anaknya. “Tahun baru 
sudah tiba, Plato. Ayo pulang. Besok kembalikan saja
kalender-kalender ini kepada pengrajin waktu.”

Perempuan itu masih setia menanti ketika dua orang 
pejuang pulang dinihari. “Selamat tahun baru, tuan-tuan!”
Tuan besar segera mampus dihajar kantuknya.
Tuan kecil segera ingin menyambung tidurnya. 
Ibunya menepuk pantatnya: “Kau telah dinakali waktu, 
Buyung? Kok tubuhmu terhuyung-huyung?”

Ia ibu yang pandai merawat waktu. Terberkatilah waktu. 
Dengan sabar dibongkarnya tumpukan kalender itu. 
Ha! Berkas-berkas kalender itu sudah kosong, 
ribuan angka dan hurufnya lenyap semua. Dalam sekejap
ribuan kunang-kunang berhamburan memenuhi ruangan.


2003

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Penjual Kalender" karya Joko Pinurbo adalah karya sastra yang menghadirkan tema-tema tentang waktu, kehilangan, dan pemahaman terhadap kehidupan.

Kehadiran Waktu: Puisi ini mengeksplorasi kehadiran waktu dan bagaimana manusia sering kali kurang menghargainya. Waktu adalah tema dominan dalam puisi ini. Kalender, simbolisasi waktu, merupakan barang yang dijual oleh lelaki tua dan keluarganya.

Kehilangan: Puisi ini juga menyentuh tema kehilangan. Meskipun kalender-kalender itu awalnya terisi angka dan huruf yang melambangkan waktu, pada akhirnya mereka kosong, dan semua yang tersisa adalah kunang-kunang. Ini menggambarkan bagaimana waktu dapat "mengosongkan" hidup kita, dan betapa berharganya waktu yang terbuang sia-sia.

Kelelahan dan Kehidupan Sehari-hari:
Penyair menggambarkan sejumlah karakter dalam puisi ini: lelaki tua, anaknya, dan perempuan yang menunggu pejuang. Mereka semua mencerminkan aspek-aspek kehidupan sehari-hari yang mungkin diabaikan oleh banyak orang. Kelelahan, keberhasilan dalam penjualan kalender, dan harapan tahun baru adalah elemen yang menghidupkan suasana keseharian dalam puisi ini.

Pengertian dan Keberkahan Waktu: Puisi ini menggambarkan bagaimana seseorang, dalam hal ini ibu yang merawat waktu, dapat memahami dan menghargai waktu. Pengertian ini menyiratkan pentingnya melepaskan keterikatan pada waktu dan menghayati kehidupan sehari-hari dengan lebih menyeluruh.

Gaya Bahasa dan Penyampaian: Joko Pinurbo menggunakan bahasa yang sederhana dan deskriptif dalam puisi ini. Penyair menggambarkan adegan dan karakter dengan jelas dan langsung. Itu menciptakan rasa empati dan pemahaman terhadap kehidupan sehari-hari karakter-karakter dalam puisi.

Puisi "Penjual Kalender" adalah karya yang menggambarkan bagaimana waktu memengaruhi kehidupan sehari-hari dan bagaimana seseorang dapat belajar memahami dan menghargai waktu. Puisi ini menyentuh aspek-aspek keseharian yang sederhana namun bermakna, dan mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

"Puisi: Penjual Kalender (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Penjual Kalender
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.