Puisi: Sajak Tangga (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Sajak Tangga" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah perenungan tentang perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan perubahan.
Sajak Tangga

Empat puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari panas
Lima puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari sengangar
Enam puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari terbakar

Haaai!
Kemana kita pergi?

Tujuh puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari angin
Delapan puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari topan
Sembilan puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari banjir

Haaai!
Bagaimana ini?

Kita sudah jalan kita sudah mendaki
Kita sudah membidik awan kita sudah menembak
Perkutut kita sudah menuai badai

Berpuluh-puluh tangga kemiskinan
Ada kemarau, ada sengangar dan ada nyala
Berpuluh-puluh tangga kemiskinan
Ada angin, ada topan, dan ada banjir

Kita sudah jalan kita sudah memanjat kita
Sudah melata kita sudah menangkap capung kita
Sudah menangkap kita kita sudah membidik awan kita
Sudah membidik mikroskop kita sudah menembak perkutut
Kita sudah menembak kita kita sudah menanam angin
Kita sedah menyemai api kita sudah sudah!

Waaah!

Tujuh puluh tangga kemiskinan
Hari panas dan hujan  dan panas dan hujan
Delapan puluh tangga kemiskinan
Hari garang dan topan dan garang dan topan
Sembilan puluh tangga kemiskinan
Hari kemarau dan badai dan kemarau dan badai

Wah.

1972

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Catatan:
Sajak Tangga ini pernah dimuat di Horison edisi Maret, 1974.

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Tangga" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan hidup dan tantangan yang dihadapi manusia dalam menghadapi kemiskinan dan berbagai cobaan kehidupan. Melalui penggunaan metafora tangga dan variasi cuaca, penyair membawa pembaca dalam perjalanan yang penuh dengan perjuangan dan keadaan yang berubah-ubah.

Metafora Tangga sebagai Tantangan Hidup: Tangga dalam puisi ini menjadi simbol perjalanan hidup yang penuh dengan rintangan dan tantangan, terutama dalam konteks kemiskinan. Setiap tingkat tangga menandakan berbagai fase atau periode dalam kehidupan yang diwarnai oleh berbagai macam cobaan.

Variasi Cuaca sebagai Perubahan Kehidupan: Penyair menggunakan variasi cuaca seperti panas, sengangar, angin, topan, dan banjir untuk melambangkan variasi tantangan dan perubahan yang dihadapi oleh manusia sepanjang perjalanan hidupnya. Cuaca yang berubah-ubah mencerminkan dinamika kehidupan yang tidak pernah konstan.

Pertanyaan dan Refleksi: Puisi ini penuh dengan pertanyaan retoris dan refleksi tentang arah dan makna hidup. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tujuan hidup dan bagaimana menghadapi tantangan yang dihadapi sepanjang perjalanan.

Perjalanan Hidup yang Penuh dengan Usaha: Penyair menggambarkan perjalanan hidup sebagai sebuah usaha yang berkelanjutan. Meskipun penuh dengan tantangan dan kemiskinan, manusia terus berusaha dan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi kondisi yang sulit.

Puncak dan Rintangan: Dengan kata-kata yang kuat dan gambaran yang hidup, penyair mencapai puncak dalam deskripsi kondisi kehidupan yang penuh dengan perjuangan. Meskipun berbagai rintangan terjadi, penyair menunjukkan bahwa manusia terus melangkah maju.

Puisi "Sajak Tangga" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah perenungan tentang perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Melalui metafora tangga dan variasi cuaca, penyair berhasil menggambarkan dinamika kehidupan manusia yang diwarnai oleh berbagai macam rintangan dan perjuangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup dan bagaimana menghadapi tantangan dengan keberanian dan ketabahan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Sajak Tangga
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.