Puisi: Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah (Karya Asrul Sani)

Puisi "Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah" karya Asrul Sani membahas tema-tema seperti cinta terhadap sastra, kepahlawanan, dan ...
Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah,
Penyair yang Terbunuh


Ciumlah pinggir kejauhan
tangan terkulai karena revolusi!
Tinggalkanlah ribaan bunda
dan mari kita iringkan desir air di pasir
nikmati tokoh perawan dan gadis penari!
Kembangkan layar! Pelaut remaja,
Baringkanlah diri di timba-ruang
dan pandang bintang tiada tertambat di pantai

Rahasia kita hanya disembunyikan laut,
Tiada mungkin di sana hati merindu lagi
Sayang engkau tiada kenal gelombang,
Gelombang dari rahasia pencalang
gelombang dari nakhoda yang tiada tahu pulang.

Kami akan selamanya cintakan engkau,
engkau penyair!
Lagu yang dulu kau dendangkan atas kertas gersang
Nanti kami rendam di laut terkembang.
Hati kita akan sama selalu,
dari waktu sampai waktu,
Apa yang akan kita bisikan senja ini
Akan jadi suara lantang di waktu pagi.
Simpanlah kertas dan pena
Hanya yang bernyawa
yang akan hidup selalu.
Sendu yang kaurasa,
di pagi kami telah membuka cahaya.


1948

Sumber: Mantera (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah" adalah penghormatan dan kenangan kepada penyair besar Indonesia, Amir Hamzah, yang meninggal dunia dalam usia muda. Puisi ini membahas tema-tema seperti cinta terhadap sastra, kepahlawanan, dan penghargaan terhadap perjuangan Amir Hamzah.

Penghormatan kepada Amir Hamzah: Puisi ini dimulai dengan seruan untuk menghormati Amir Hamzah, menyebutnya sebagai penyair yang berjuang dalam revolusi. Amir Hamzah adalah salah satu penyair paling terkenal di Indonesia yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Ia juga dikenal karena karyanya yang indah dan penuh makna.

Alam dan Kebebasan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kebebasan dan petualangan. Ada referensi kepada laut yang luas dan bintang yang tiada tertambat di pantai. Ini bisa diartikan sebagai simbol kebebasan, keberanian, dan pengorbanan yang dilakukan oleh Amir Hamzah dan para pahlawan dalam perjuangan kemerdekaan.

Rahasia dalam Laut: Puisi ini menyatakan bahwa rahasia mereka hanya bisa disembunyikan oleh laut. Laut digambarkan sebagai penjaga rahasia dan penyejuk hati yang merindu. Ini mungkin merujuk kepada rahasia dalam karya-karya Amir Hamzah yang tidak akan pernah hilang.

Cinta terhadap Sastra: Puisi ini mencerminkan cinta yang mendalam terhadap sastra. Bahkan setelah Amir Hamzah tiada, karyanya masih hidup dan terus menginspirasi. Pengarangnya menyebutkan bahwa kertas dan pena hanya penting jika digunakan untuk menyampaikan makna dan kehidupan.

Kesinambungan Karya: Puisi ini menyatakan bahwa meskipun Amir Hamzah telah tiada, karyanya akan tetap hidup. Puisi dan kata-katanya akan menjadi suara yang terdengar dan mempengaruhi generasi mendatang. Ini adalah pengakuan terhadap pengaruh besar Amir Hamzah dalam sastra Indonesia.

Optimisme: Puisi ini menyiratkan optimisme dengan menyatakan bahwa meskipun ada rasa sendu, di pagi hari telah datang cahaya. Ini mungkin merujuk kepada generasi penerus yang akan mewarisi semangat perjuangan dan karya Amir Hamzah.

Secara keseluruhan, puisi ini adalah penghormatan yang indah kepada seorang penyair besar yang telah memberikan kontribusi besar kepada sastra Indonesia dan perjuangan kemerdekaan. Puisi ini mencerminkan keabadian karya sastra dan pengaruh positifnya dalam masyarakat.

Asrul Sani
Puisi: Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah
Karya: Asrul Sani

Biodata Asrul Sani:
  • Asrul Sani lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Sumatera Barat.
  • Asrul Sani meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2004 (ada usia 77 tahun) di Jakarta, Indonesia.
  • Asrul Sani adalah salah satu pelopor Angkatan '45 (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin).
© Sepenuhnya. All rights reserved.