1988
Sumber: Negeri Daging (2002)
Analisis Puisi:
Puisi "Syahadat" menunjukkan esensi kesaksian dalam Islam, yang dinyatakan melalui pengulangan pernyataan "Laa ilaaha illallaah" (Tiada Tuhan selain Allah). Mustofa Bisri membawa pembaca dalam perjalanan mendalam yang menggambarkan konflik batin, perlawanan antara idealisme kesaksian dan kenyataan hidup sehari-hari.
Penegasan Kesaksian: Puisi ini menggunakan pola pengulangan yang kuat dari pernyataan Syahadat untuk menunjukkan kesaksian tentang kebesaran Allah. Namun, dalam setiap pengulangan, puisi ini menghadirkan kontradiksi di mana realitas hidup seringkali bertentangan dengan kesaksian tersebut.
Kesaksian vs Kekuatan Duniawi: Ada konflik batin antara keinginan untuk hidup sesuai kesaksian dan realitas hidup yang penuh dengan pengaruh materi dan nafsu. Pengulangan "Laa ilaaha illallaah" disandingkan dengan realitas bahwa elemen dunia material terus memengaruhi, menguasai, dan mengekang manusia.
Makna Sejati Kesaksian: Mustofa Bisri menunjukkan konflik antara idealisme kesaksian dan kenyataan bahwa orang terus terjebak dalam lingkaran nafsu, kepentingan duniawi, dan kekuatan material.
Puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang konflik batin antara idealisme dan realitas kehidupan sehari-hari, menyoroti betapa sulitnya untuk mengimplementasikan kesaksian yang kuat dalam kehidupan praktis. Melalui pengulangan dan kontradiksi, Mustofa Bisri memberikan gambaran yang kompleks dan merenungkan tentang makna sejati dari kesaksian.
Puisi: Syahadat
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)
Biodata Mustofa Bisri:
- Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
- Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
- Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.