Puisi: Toko Bekas Bahasa A dan B (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Toko Bekas Bahasa A dan B" merupakan refleksi yang dalam tentang peran bahasa dalam membentuk identitas, menyimpan memori, dan mengarahkan ...
Toko Bekas Bahasa A dan B

Toko barang bekas A dan B menyimpan banyak bahasa 
bekas A dan B. Mimpi bekas, kesedihan bekas, musim panas
 
bekas, semua agak heran tentang bahasa A dan B. Sedikit
 
heran perlahan-lahan, mulai berjalan agak dan bertambah
 
heran, dan mulai berlari menjadi sangat heran, seperti
 
ledakan lain dalam sunyi sebelumnya: kenapa manusia
 
menciptakan bahasa antar manusia. Setiap hari mereka
 
bicara antar manusia dengan bahasa berbeda-beda. Apa
 
saja yang mereka bicarakan antar manusia, dari apa saja
 
yang mereka kisahkan antara A dan B. Apa saja yang
 
mereka selesaikan dari persoalan apa saja A atau B. Apakah
 
persoalan adalah bahasa mereka, dari apakah bahasa
 
mereka adalah persoalan. A dan B saling menatap: adakah
 
manusia yang tidak pernah menciptakan bahasa? Bisu dari
 
persepsi dan pisau-pisau pemotong dokumen bekas.

Kipas angin bekas dalam toko barang bekas A dan B, tidak bisa menggerakkan udara menjadi angin dari pikiran-pikiran. Tidak berdaya memberikan kesejukan ke dalam ruang percakapan. Udara bekas, tubuh bekas, manusia bekas. Membuat bahasa saling bergesekan antara kata tetapi, maka, mungkin, dan apabila. Pertemuan makan malam antara sebab dan akibat. Perpisahan antara ya dan tidak di sebuah lipatan selimut bekas. Kipas angin rusak dan kipas angin bekas. Keduanya tak tahu rusak karena bekas, dari bekas karena rusak. Atau rusak dan bekas karena gesekan debu-debu bahasa.

Bahasa Inggrisku, bahasa yang menyumpal dunia, bertambah fasih mendengar percakapan, terjemahan-terjemahan berlalu. Seperti A bertanya kepada B: "B, apakah kamu baik?" Ketika B mau menjawab A: "A, aku baik," pertanyaan telah berlalu bukan A lagi. Menjadi pertanyaan bekas untuk jawaban yang menyempurnakan masa lalu. B menunggu di depan pintu toko barang bekas. Ia melihat usianya tertinggal dalam sebuah buku tata bahasa bekas. Ratapan kertas-kertas kering antara binatang dan manusia. Bahsa Inggrisku berlari, memburu, memangsa, menyumpal bahasa ibu dengan satelit bekas.

Semua yang bekas telah sempurna. Sempurna dalam tata bahasa yang telah berlalu, yang sedang terjadi, dan yang akan datang yang kelak berlalu. A melihat B memakai pribadi bekas A, yang bekas dilihat B. A dan B kemudian menyalakan kamus elektirik. Agak perlahan, sangat perlahan lagi, dan jatuh.

Bayangan mereka jatuh menghapus toko bekas bahasa A dan B menjadi kenangan.

Sumber: Museum Penghancur Dokumen (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Toko Bekas Bahasa A dan B" karya Afrizal Malna adalah sebuah refleksi mendalam tentang peran bahasa dalam kehidupan manusia, serta kompleksitas hubungan antara bahasa, memori, dan identitas.

Bahasa dan Memori: Puisi ini menggambarkan toko barang bekas A dan B sebagai tempat penyimpanan "bahasa bekas A dan B." Ini bisa diinterpretasikan sebagai simbol dari keberadaan bahasa sebagai alat untuk menyimpan memori, pengalaman, dan sejarah. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai komunikasi, tetapi juga sebagai perwakilan dari pengalaman manusia yang terdahulu.

Pertanyaan tentang Bahasa: Puisi ini mengajukan serangkaian pertanyaan yang mendalam tentang sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia. Pembicara bertanya mengapa manusia menciptakan berbagai bahasa dan bagaimana bahasa memengaruhi cara kita berkomunikasi dan memahami dunia. Ini merangsang pembaca untuk merenungkan esensi bahasa dalam membentuk realitas kita.

Konflik dan Kesulitan dalam Komunikasi: Puisi ini juga menggambarkan konflik dan kesulitan dalam komunikasi, terutama antara bahasa asli dan bahasa asing. Kontras antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menggambarkan pertentangan dalam identitas dan kekuasaan kolonialisme budaya.

Keterbatasan Bahasa dan Kehancuran Memori: Dengan gambaran tentang toko yang berisi barang bekas dan kipas angin rusak, puisi ini mencerminkan keterbatasan bahasa dalam mengabadikan memori dan pengalaman manusia. Kehancuran dan ketidakmampuan bahasa untuk mempertahankan memori dengan baik ditampilkan melalui gambar-gambar toko yang kumuh dan barang-barang bekas yang rusak.

Akhir yang Melankolis: Puisi ini berakhir dengan gambaran yang melankolis tentang toko bekas yang menjadi "kenangan" setelah bayangan A dan B jatuh. Ini menggambarkan kerapuhan dan keterbatasan manusia dalam memahami dan menyimpan memori, serta bagaimana bahasa yang pernah kita gunakan dan miliki akhirnya menjadi bagian dari masa lalu yang kini hanya tinggal sebagai kenangan.

Puisi "Toko Bekas Bahasa A dan B" merupakan refleksi yang dalam tentang peran bahasa dalam membentuk identitas, menyimpan memori, dan mengarahkan cara kita memahami dunia. Dengan penggunaan gambaran yang kuat dan bahasa yang padat, puisi ini mengeksplorasi kompleksitas hubungan antara bahasa dan manusia dengan penuh refleksi dan kerentanan.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Toko Bekas Bahasa A dan B
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.