Puisi: Apakah Itu Perlu? (Karya Beni Setia)

Puisi "Apakah Itu Perlu?" karya Beni Setia mencerminkan kebingungan dan refleksi pribadi seorang individu tentang arti dan urgensi hubungan sosial ...
Apakah Itu Perlu?
(Versi Legiun Asing)

Gedung-gedung menyuruhku mencari hawa
segar dan belukar buat kulit. Jalanan
merampas waktu, menghancurkan teduh.

“Kapan kita bisa bercakap?” katamu di telepon
lucu! Bukankah kita sering ingin sendiri?
Bebas ke sana bebas ke sini. Bebas ber-apa.

“Tapi kita ingin apa?” bisikmu. Bar dan diskotik
gereja dan pendeta dalam batin. Pesta-pesta
adalah upacara pertobatan.

Lengang dalam kepekakan. “Kapan” katamu,
“kita bisa bercakap”. Lucu!
: apakah itu perlu?


Apakah Itu Perlu?
(Versi Horison)


gedung-gedung menyuruhku mencari hawa
segar dan belukar buat kulit. Jalanan
merampas detik, menghancurkan teduh

"kapan kita bisa bercakap?" katamu di telepon
lucu. Bukankah kita sering ingin sendiri
bebas ke sana bebas ke sini. Bebas ber-apa

"tapi kita ingin apa?" bisikmu. Ber pribadi,
gereja dan pendeta dalam batin, Pesta-pesta
adalah upacara penyucian

lenggang dan pekak. "Kapan" katamu,
"kita bisa bercakap" lucu
apakah itu perlu?


1982

Catatan:
Baik di buku Legiun Asing (1987) ataupun di majalah Horison (Januari, 1984), puisi ini tidak diberi judul.

Analisis Puisi:
Puisi karya Beni Setia ini mencerminkan kebingungan dan refleksi pribadi seorang individu tentang arti dan urgensi hubungan sosial dan komunikasi dalam masyarakat yang semakin sibuk dan kompleks. Penyair bertanya tentang kebutuhan akan interaksi sosial yang mendalam dan mencari makna dalam hubungan manusia.

Perasaan Kesepian dalam Kerumitan Modernitas: Puisi ini menciptakan gambaran tentang bagaimana modernitas, yang ditandai oleh gedung-gedung tinggi dan jalanan yang sibuk, seringkali dapat membuat individu merasa terasing dan kesepian. Penyair merasa terdesak oleh tuntutan-tuntutan hidup yang bergerak cepat.

Komunikasi dalam Era Digital: Puisi ini membahas betapa modernitas, terutama kemajuan teknologi komunikasi, dapat mengubah cara kita berinteraksi. Dialog yang disampaikan melalui telepon mencerminkan ketidakjelasan hubungan sosial dalam era digital. Penyair merenungkan apakah benar-benar ada kebutuhan untuk berbicara atau apakah sebagian besar interaksi hanyalah "bicara kosong."

Pertentangan dalam Keinginan dan Realitas: Ketika penyair bertanya, "kita ingin apa?" dan menggambarkan pertentangan antara keinginan dan realitas, ia menggambarkan kerumitan hubungan manusia dalam masyarakat modern. Orang sering kali ingin hubungan yang bermakna, tetapi realitas mungkin menghambatnya.

Konsep Pesta sebagai Pertobatan: Penyair menyatakan bahwa "pesta-pesta adalah upacara pertobatan." Ini bisa diartikan sebagai sebuah bentuk katarsis, di mana orang mencari pelarian dari tekanan hidup sehari-hari melalui pesta dan hiburan. Namun, pertobatan mungkin mencerminkan upaya untuk menemukan kembali diri dan makna sejati dalam kehidupan.

Pertanyaan Terbuka: Puisi ini berakhir dengan pertanyaan "apakah itu perlu?" Ini adalah pertanyaan terbuka yang mendorong pembaca untuk merenungkan keberadaan, arti, dan urgensi hubungan sosial dalam kehidupan modern. Penyair mungkin ingin menyatakan bahwa kita harus mempertimbangkan apakah interaksi sosial yang lebih dalam dan bermakna adalah hal yang perlu.

Puisi ini menciptakan gambaran tentang kompleksitas hubungan sosial dalam dunia yang semakin modern dan sibuk. Penyair merenungkan arti dan urgensi komunikasi dalam masyarakat yang cenderung terisolasi. Ini adalah karya yang merangsang pemikiran tentang pentingnya pertanyaan tersebut dalam konteks zaman sekarang.

Beni Setia
Puisi: Apakah Itu Perlu?
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.