Puisi: Berapa Usiamu Hari Ini (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Berapa Usiamu Hari Ini" karya Ahmadun Yosi Herfanda mengajak pembaca untuk merenungkan makna keberadaan manusia di dalam aliran waktu yang ...
Berapa Usiamu Hari Ini

Berapa usiamu hari ini? Sehelai bulu matahari tanggal lagi
oleh gigitan tokek waktu. Pada lipatannya berderet bangkai
kutu dan kecoa yang kau bunuh kemarin lusa. Kata-kata
berhamburan dari jendela, larut dalam hiruk-pikuk jalan raya
adakah makna jam tersisa pada cecerannya?

Berapa usiamu hari ini? Jadikah kau membunuhku
malam ini? Ah, rasanya aku belum tega. Uban di rambutmu
belum merata, dan yang kemarin memutih
kini telah lenyap di salon kecantikan pinggir kota
(perempuan itu begitu suka mengusap tiap uban
di kepalamu, seperti ia usap kepala anak pertamanya
sebab pada tiap helainya tertera angka-angka)

Berapa usiamu hari ini? Hitung saja potongan kuku jariku
yang telah kau kubur itu. Pada tiap helainya tertera
detak jantungku yang melambat pada kerdip matamu.
Ya, berapa usiamu hari ini? Hitung saja sendiri
sampai kau benar-benar tega membunuhku
sambil tersedu di balik lipatan buku harianmu!

Pamulang, 17 Januari 2015

Sumber: Media Indonesia (10 Mei 2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Berapa Usiamu Hari Ini" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah refleksi yang dalam tentang pertanyaan eksistensial tentang usia, waktu, dan kematian.

Pertanyaan Eksistensial tentang Usia dan Kematian: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan yang sederhana namun dalam tentang usia seseorang. Penyair mengeksplorasi konsep waktu dan usia dengan mengaitkannya dengan gambaran sehelai bulu matahari tanggal, menyoroti keberlaluan waktu yang tak terelakkan.

Simbolisme Bangkai Kutu dan Kecoak: Penyair menggunakan gambaran bangkai kutu dan kecoak untuk merujuk pada hal-hal kecil yang terabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini mewakili fragilitas manusia dan keterbatasan waktu yang akhirnya membawa pada kematian.

Pertanyaan tentang Kematian dan Penyesalan: Puisi ini menggambarkan penyesalan dan pertanyaan yang muncul terkait dengan kematian. Penyair menanyakan apakah seseorang akan menjadi pembunuhnya malam itu, menyiratkan ketakutan akan kehilangan dan ketidakpastian akan masa depan.

Penggunaan Metafora: Metafora seperti uban di rambut dan potongan kuku jariku digunakan untuk menggambarkan pengalaman penuaan dan pengalaman hidup yang terlewati. Metafora ini mengundang pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari usia dan waktu.

Penutup yang Kuat: Puisi ini ditutup dengan pertanyaan retoris yang memperkuat pesan tentang keberlaluan waktu dan ketidakpastian hidup. Penyair menekankan pentingnya menyadari waktu yang terbatas dan mengejar makna di dalamnya.

Dengan demikian, puisi "Berapa Usiamu Hari Ini" adalah sebuah puisi yang merenungkan tentang waktu, usia, kematian, dan penyesalan. Melalui gambaran yang kuat dan pertanyaan eksistensial, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna keberadaan manusia di dalam aliran waktu yang tak terelakkan.


Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Berapa Usiamu Hari Ini
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.