Puisi: Chairil (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Chairil" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan perbandingan dan penggambaran emosi yang mendalam, mengangkat ....
Chairil

Pada kereta senja
Chairil menebal jendela
cinta dan bahagia
makin jauh saja
mendengking Chairil
mendengking kereta
sayatan terus ke dada.

Pada senja di pelabuhan kecil
kau datang padaku: Chairil
cinta insani di tangan kiri,
Amir Hamzah cinta Ilahi
di tangan kanan
dengan pandang memastikan
: untukku. Aku membisu
dicakar gairah dan cemas
bertukar tangkap dengan lepas.
Aku hilang bentuk
remuk. Seharian itu
kita tak bersapaan. Oh puisi
yang enggan memberi
mampus kau
dikoyak-koyak sepi.

Kekasih, dengan apakah
kita perbandingkan pertemuan kita
: dengan Amir sepoi sepi
atau Chairil menderai sampai jauh?
Kini habis kikis segala cintaku
hilang terbang, kembali sangsai
seperti dahulu di nyanyi sunyi
di buah rindu.

Amirlah kandil kemerlap
pelita Chairil di malam gelap
ketika dada rasa hampa
dan jam dinding yang berdetak.
Aku sendiri, menyusur kata-kata
masih pengap harap. Apatah kekal
kekasihku, airmata yang kenduri
di riuh nadi di gamang jiwa
sedang cerlang matamu
tinggal kerlip puisi
di malam sunyi.

Chairil dan Amir
di pintumu puisi negeriku mengetuk.
Mereka tak bisa berpaling.

Sumber: Lumbung Perjumpaan (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Chairil" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan perbandingan dan penggambaran emosi yang mendalam, mengangkat tema cinta, kesedihan, dan kebingungan dalam konteks perjumpaan dengan dua tokoh sastra terkenal: Chairil Anwar dan Amir Hamzah.

Pergulatan Emosi dan Perbandingan: Puisi ini menggambarkan pergulatan emosi tokoh penyair dalam merenungkan perjumpaan dengan dua sosok besar dalam sastra, Chairil Anwar dan Amir Hamzah. Pergulatan emosi ini tercermin dalam penggunaan kontras dan perbandingan antara cinta insani yang diwakili oleh Chairil dan cinta Ilahi yang diwakili oleh Amir Hamzah.

Kereta Senja dan Pelabuhan Kecil: Puisi ini memulai dengan gambaran kereta senja, menciptakan suasana perpisahan atau kepergian yang melambangkan ketidakpastian dan perubahan. Kemudian, perpindahan ke pelabuhan kecil menciptakan suasana pertemuan yang penuh dengan harapan dan emosi.

Cinta Insani dan Cinta Ilahi: Puisi ini menyoroti dua jenis cinta yang berbeda, yaitu cinta insani yang diwakili oleh Chairil dan cinta Ilahi yang diwakili oleh Amir Hamzah. Perbandingan ini mengilustrasikan kompleksitas perasaan cinta dan pemikiran yang melibatkan hubungan manusia dengan diri, orang lain, dan Tuhan.

Gairah dan Ketenangan: Gairah dan ketenangan merupakan elemen yang saling berlawanan dalam puisi ini. Chairil diwakili oleh gairah dan emosi yang kuat, sementara Amir Hamzah diwakili oleh ketenangan dan pandangan yang bijak. Pergulatan antara gairah dan ketenangan menciptakan suasana konflik batin yang kuat dalam diri tokoh penyair.

Masa Lampau dan Kekal: Puisi ini juga mencerminkan perenungan tentang masa lampau dan ketidakmampuan untuk mengubahnya. Pergulatan tokoh penyair dengan kenangan dan pengalaman masa lalu terlihat dalam penggambaran Chairil dan Amir yang tetap hadir dalam dunia puisi meskipun mereka tak bisa "berpaling."

Pengaruh Sastra dan Pengaruh Sejarah: Puisi ini menyiratkan bahwa tokoh penyair terpengaruh oleh karya-karya dan pengalaman dari Chairil Anwar dan Amir Hamzah. Mereka menjadi simbol pengaruh sastra dan sejarah terhadap pemikiran dan perasaan individu, menciptakan lapisan kompleksitas dalam puisi ini.

Puisi "Chairil" karya Agus R. Sarjono adalah karya sastra yang menggambarkan pergulatan emosi dan perbandingan antara cinta insani dan cinta Ilahi, serta perenungan tentang masa lalu dan pengaruh sastra. Dengan menggunakan gambaran Chairil Anwar dan Amir Hamzah sebagai simbol, puisi ini menghadirkan lapisan emosi dan refleksi yang dalam, mengundang pembaca untuk merenungkan tentang cinta, perasaan, dan pengaruh tokoh sastra dalam kehidupan.

Agus R. Sarjono
Puisi: Chairil
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.