Puisi: Di Jembatan Mirabeau (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Di Jembatan Mirabeau" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia, cinta, dan kerinduan dengan ..
Di Jembatan Mirabeau


Di bawah jembatan Mirabeau,
mengalir cinta Appolonaire juga cemasku.
Kupandangi langit biru
dan terbayang kembali jembatan merah.
Siapa yang mengecatnya dengan warna darah?

Kuteliti pasporku, jejak-jejak gawat
dan kusam tertera di sana,
jejak negeri kerinduan
serupa bimbang dan rindu dendam
luka-luka yang terus dibikin dan dipendam.

Di bawah jembatan Mirabeau, melaju sungai Seini
juga Bengawan Solo di batinku yang rusuh
penuh mayat yang terapung dan mengalir
sampai jauh, bersama darah
yang tak putus-putus tumpah di banyak tempat dan peristiwa.
Amisnya tercium sampai kemari.


1999

Sumber: Republika (11 Juli 1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Jembatan Mirabeau" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia, cinta, dan kerinduan dengan menggunakan gambaran jembatan sebagai simbolik yang kuat. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran jembatan Mirabeau dan penggunaan beberapa elemen simbolis untuk merangkai narasi yang kaya makna.

Simbolik Jembatan: Jembatan dalam puisi ini memiliki makna simbolik yang kompleks. Jembatan menghubungkan dua tempat atau sisi yang berbeda, yang dapat melambangkan hubungan antara masa lalu dan masa kini, atau hubungan antara dua kehidupan yang berbeda. Jembatan Mirabeau juga bisa menjadi representasi perasaan nostalgia, karena jembatan sering kali mengingatkan pada kenangan dan pengalaman masa lalu.

Cinta dan Emosi: Puisi ini menggambarkan aliran cinta seperti aliran sungai di bawah jembatan Mirabeau. Penyair merujuk pada cinta Appolonaire, seorang penyair Prancis terkenal, yang juga menggambarkan cinta sebagai aliran sungai. Emosi dan perasaan dalam cinta digambarkan dengan indah dan kuat melalui perbandingan dengan sungai Seine dan Bengawan Solo yang "rusuh" dan "penuh mayat."

Warna dan Darah: Gambaran jembatan yang dicat dengan warna darah menciptakan gambaran visual yang kuat dan misterius. Warna darah memberikan asosiasi dengan hal-hal yang dramatis, mungkin menggambarkan perasaan cemas, tragedi, atau bahkan kehidupan yang penuh warna. Juxtaposisi antara warna darah dan cinta dalam puisi ini dapat menggambarkan perpaduan antara emosi positif dan negatif dalam pengalaman hidup.

Perpaduan Kehidupan: Puisi ini menciptakan perpaduan yang menarik antara dua hal yang berbeda, seperti jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara cinta dan rusuh, serta peristiwa-peristiwa sejarah dan kenangan pribadi. Perpaduan ini menciptakan lapisan makna dalam puisi, merangkul keberagaman dan kompleksitas pengalaman manusia.

Penggunaan Bahasa dan Irama: Penyair menggunakan bahasa yang indah dan mengalir, menciptakan irama yang mengalir seperti sungai. Penggunaan kata-kata seperti "mengalir," "tersapu," dan "bersama darah" menggambarkan gerakan aliran yang kontinu, menghubungkan elemen-elemen dalam puisi.

Keberadaan Peristiwa Bersejarah: Puisi ini juga merujuk pada peristiwa-peristiwa bersejarah, seperti jembatan Mirabeau yang mengacu pada sebuah jembatan di Paris. Ini menambah dimensi kontekstual pada puisi, mengaitkan perasaan dan pengalaman individu dengan latar sejarah yang lebih luas.

Puisi "Di Jembatan Mirabeau" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan nostalgia, cinta, dan perpaduan emosi dalam kehidupan manusia. Penggunaan gambaran jembatan sebagai simbolik yang kuat dan perpaduan elemen-elemen simbolis memberikan puisi ini kedalaman makna. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan antara masa lalu dan masa kini, serta kompleksitas emosi dan pengalaman dalam perjalanan kehidupan.

Agus R. Sarjono
Puisi: Di Jembatan Mirabeau
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.