Puisi: Doa Jalan Raya (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Doa Jalan Raya" karya Ahmadun Yosi Herfanda menciptakan gambaran tentang bahaya dan tantangan yang ada di jalanan serta harapan akan ...
Doa Jalan Raya


Demi debu yang berbaring gelisah di bulu mataku
demi daun-daun gugur yang mengering di jari-jariku
demi batu-batu yang membisu di punggungku
demi ban-ban yang merintih di lututku
demi darah korban yang mengering di kukuku
Ampunilah dosa kami, dosa jalan-jalan raya
yang selalu memanggil orang-orang
keluar dari dalam dirinya.

Demi udara yang terluka di hidungku
demi embun yang mati di ubun-ubunku
demi hujan yang merintih di kerongkonganku
demi matahari yang blingsatan di mataku
demi derum knalpot yang mengusik ketenanganmu
demi pengemudi yang kelelahan mengantarmu
Ampunilah dosa kami, dosa jalan-jalan raya
yang mengantar orang-orang
ke ruang-ruang pembantaiannya.

Walau hanya jalan raya
terimalah doa tulus kami
Lindungilah orang-orang
dari kejahatan dirinya sendiri.


1992

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Jalan Raya" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kesadaran tentang kehidupan di jalan raya dan permohonan perlindungan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang bahaya dan tantangan yang ada di jalanan serta harapan akan keselamatan.

Permohonan Perlindungan: Puisi ini memulai dengan serangkaian permohonan perlindungan: "Demi debu yang berbaring gelisah di bulu mataku," "demi daun-daun gugur yang mengering di jari-jariku," dan seterusnya. Ini menciptakan gambaran tentang seorang individu yang merenungkan kehidupan di jalan raya dan memohon perlindungan dari bahaya yang ada. Permohonan ini menciptakan nuansa kekhawatiran terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain yang berada di jalan.

Kesadaran tentang Lingkungan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kesadaran terhadap lingkungan. Penyair menyebutkan debu, daun-daun gugur, batu, dan ban-ban sebagai elemen-elemen lingkungan di jalan raya. Ini menciptakan kesan tentang pemahaman akan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Kesadaran ini menciptakan nuansa keterhubungan dan tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar kita.

Bahaya dan Ketidakamanan: Puisi ini menyoroti bahaya dan ketidakamanan di jalan raya. Penyair menyebutkan hujan, matahari, dan derum knalpot sebagai elemen-elemen yang menciptakan tantangan dan risiko bagi pengemudi dan pejalan kaki. Ini menciptakan gambaran tentang kerentanan manusia terhadap keadaan di jalan raya dan kebutuhan akan perlindungan.

Doa untuk Keselamatan: Puisi ini adalah sebuah doa untuk keselamatan. Penyair memohon agar doanya diterima meskipun hanya sebatas jalan raya. Ini menciptakan pesan tentang keinginan yang tulus untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan orang-orang yang berada di jalan. Doa ini menciptakan nuansa harapan akan perlindungan dan keselamatan.

Kesadaran akan Diri dan Orang Lain: Puisi ini menciptakan kesadaran akan diri sendiri dan orang lain. Penyair menyebutkan bahwa jalan raya selalu memanggil orang-orang "keluar dari dalam dirinya." Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana jalan raya dapat menghadirkan tantangan psikologis dan emosional, serta perlunya untuk menjaga keselamatan orang-orang di jalan.

Secara keseluruhan, puisi "Doa Jalan Raya" adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang kesadaran tentang kehidupan di jalan raya, permohonan perlindungan, dan harapan akan keselamatan. Puisi ini menciptakan nuansa refleksi dan keprihatinan tentang keadaan di jalan raya serta keinginan untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan semua individu yang berada di sana.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Doa Jalan Raya
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.